Tafsir Al-Nahl 69: Sakit Itu Anugerah, Tak Perlu Diobati
Sabtu, 30 April 2016 09:14 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com – “Tsumma kulii min kulli altstsamaraati fauslukii subula rabbiki dzululan yakhruju min buthuunihaa syaraabun mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaaun lilnnaasi inna fii dzaalika laaayatan liqawmin yatafakkaruuna”.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Untuk membahasakan obat, al-Qur'an menggunakan kata "syifa". Ada dua benda yang disifati sebagai fungsi obat oleh al-Qur'an. Pertama, al-Qur'an itu sendiri. "Wanunazzil min al-Qur'an ma huw syifa'.." (al-Isra':82)
Kedua, madu seperti tertera pada ayat studi ini, "Yakhruj min buthuniha syarab mukhtalif alwanuh, fih syifa' li al-nas". Itulah, maka Rasulullah SAW menunjuk dua hal tersebut sebagai obat.
Ayat ini mengandung dua pelajaran: Pertama, bahwa Tuhan telah menyediakan dua obat, yakni al-qur'an dan madu. Ini adalah penunjukan, di mana memang keduanya adalah benar-benar obat. Tidak berarti menafikan adanya obat-obat yang lain.
Simak berita selengkapnya ...