Banyak Bangunan Tua di Surabaya Tak Terawat dengan Baik | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Banyak Bangunan Tua di Surabaya Tak Terawat dengan Baik

Sabtu, 30 April 2016 11:27 WIB

Salah satu cagar budaya yang merana.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Bulan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) tiba bersamaan datangnya Mei, mulai besok (1/5). Serangkaian acara sebagai rangkaian peringatan sudah digelar sejak April ini dan akan ada yang dihelat hingga puncak Dirgahayu Kota, (31/5).

Bagunan cagar budaya yang menjadi cuilan sejarah kota tak ketinggalan dipercantik oleh pemkot. Namun ini baru sebatas di pusat kota, di Jalan Tunjungan, salah satunya. Untuk bangunan-bangunan tua di wilayah utara kota merana.

Keberadaannya apa adanya, kendati bangunan yang ada menjadi bagian cagar budaya kota. Dengan perhatian, minimal pengecatan, gedung-gedung tua itu bisa menjadi potensi sekaligus Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) minat khusus.

Sambang Kampung Lawas yang digelar Komunitas Pecinta Surabaya Rek Ayo Rek (RAR), kemarin (29/4) menunjukkan bangunan heritage di wilayah utara banyak yang kondisinya memprihatinkan. Melalui kemasan seminar travelling, para pemerhati dan mereka yang berkompeten menjelaskan kilas sejarah, kondisi serta rekomendasi atas bangunan yang ada.

Sesuai namanya, seminar travelling sambang kampung dilakukan dengan jalan kaki. Jembatan Merah yang menjadi salah satu ikon kota sekaligus simbol perjuangan Arek-Arek Suroboyo menjadi titik start bagi RAR dan sejumlah pakar.

Direktur Sjarikat Poesaka Surabaya Fredy H Istanto menjelaskan, wilayah Surabaya utara menjadi bagian pusat pemerintahan serta bisnis Surabaya tempo dulu. “Jembatan Merah yang persis di atas sungai Kalimas ini secara tidak langsung menjadi batas tegas tata ruang pada masa lalu. Dalam syair lagu Jembatan Merah menyebutkan berpagar gedung indah,” Fredy menjadi pembicara pertama seminar travelling.

Salah satu Dekan di Universitas Ciputra (UC) Surabaya ini merinci, gedung-gedung di Jalan Veteran dan Pahlawan yang dimaksud dalam syair lagu. Di jalan ini ada kantor gubernur, kantor imigrasi yang dulunya bernama Pabean. Pabean sendiri kini menjadi nama pasar. Tak jauh dari kawasan Jembatan Merah ada nama Jalan Bongkaran, yang dulunya memang menjadi pusat bongkar-muat.

Tidak jauh dari Jembatan Merah, tepatnya di Jalan Karet dulunya terdapat masjid yang menjadi transit muslimin sebelum berangkat ke Tanah Suci Mekkah, menunaikan ibadah haji. Masjid ini menjadi cikal bakal asrama haji di Surabaya. Menjadi jujugan sementara karena masjid itu berada di tepi Kalimas, tempat sandarnya kapal. Ketika itu perjalanan haji menggunakan kapal laut.

Soal Jembatan Merah yang menjadi batas tegas tata ruang, Fredy sebagai pemerhati bangunan heritage lantas merinci. Menurutnya, sisi timur serta utara Jembatan Merah atau timur aliran sungai Kalimas merupakan wilayah bagi warga keturunan China, Melayu, Arab, Jawa dan Madura. Keberadaan bangunan berarsitek China membuat bagian timur Kalimas juga disebut Pecinan. Meski demikian, bangunan yang menguatkan kesan Arab dan Jawa juga ada.

Barat Jembatan Merah maupun Kalimas menjadi kawasan modern, yang dikuatkan keberadaan bangunan-bangunan model Eropa. Salah satunya gedung Internatio yang merupakan bank internasional pada masa lampau.

Selain kondisi bangunan yang memprihatinkan, kondisi jalannya hingga kini masih berupa tanah berbatu. Singkatnya, jalan macadam. Padahal ini bagian wilayah Kota Surabaya. Ini terlihat di ruas jalan yang oleh warga sekitar dinamakan Jalan Panggung Belakang.

“Sampai hari ini jalan ini belum terpaving, apalagi aspal. Kalau musim hujan tentunya becek. Padahal dengan bangunan yang dicat, dan jalan diperbaiki bisa mendukung keberadaan wisata kota tua di wilayah utara,” tutur Abdullah Buftein, warga Nyamplungan Surabaya utara yang ditemui di Jalan Panggung belakang.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video