Tafsir Al-Qur'an: Menunggu Sikap Tuhan Soal Nusantara Mengaji | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Qur'an: Menunggu Sikap Tuhan Soal Nusantara Mengaji

Wartawan: -
Jumat, 10 Juni 2016 15:05 WIB

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .     

BANGSAONLINE.com - Tanggal 7 dan 8 Mei 2016 kemarin negeri ini dihentak dengan khataman al-Qur'an al-Karim sebanyak 300.000 (tiga ratus ribu) kali. Khataman serentak yang dimotori oleh kawan-kawan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini sungguh super spektakuler dan satu-satunya terjadi di dunia sejak al-Qur'an diturunkan. Khataman al-Qur'an yang selanjutnya berjuluk Nusantara Mengaji itu sungguh perbuatan mulia, di samping sebuah ibadah, tentu sebuah ikhtiar dalam rangka memasyarakatkan al-Qur'an dan meng-alqur'an-kan masyarakat.

Dengan khataman tersebut berarti negeri ini telah diguyur kebajikan yang tak terhingga. Jika ulama menghitung jumlah huruf dalam al-Qur'an sebanyak 1.027.000, persatu huruf bernilai 10 kebajikan, maka satu kali khataman berarti menghasilkan 10.270.000 kabajikan, lalu dikali 300.000, sama dengan 3.081.000.000 (tiga milyar delapan puluh satu juta) kebajikan.

Hadis itu menunjuk, bahwa kebajikan tersebut untuk pembacanya. Sementara bagi para penyelengara khataman ini, donatur, penggagas, sponsor, termasuk negeri ini -insya Allah - mendapat keberkahan juga. Kecuali bila niatnya tidak selaras dengan kesucian al-Qur'an, maka al-Qur'an tidak mau memancarkan keberkahannya (wa al-Qur'an ya'ba). Namanya beda misi, beda kemauan pastilah tidak ketemu.

Tuhan pasti menolong kebenaran dan menghancurkan kebatilan. Hal itu identik dengan semboyan PKB, "Membela Yang Benar ". Jadi, warga PKB itu wajib arif melihat kebenaran, wajib berbuat adil walau menimpa diri sendiri, lalu membela dan memperjuangkan. Itulah pesan al-Qur'an al-Karim yang tak bisa ditawar. Jika ada orang yang dizalimi dan dituduh nyolong sandal di masjid, sementara kita tahu betul bahwa dia tidak melakukan, maka kita wajib membela sekuat-tenaga. Bila perlu dengan mengadakan khataman 300 juta kali demi menyelamatkan dia. Pada konteks ini, Tuhan pasti membantu dengan caranya sendiri.

Tapi bila dia nyolong beneran, maka "haram" bagi kita membelanya. Membela yang salah sama saja dengan sengaja melawan Tuhan. Jika kita ngenyel dan tetap membela, maka kita dianggap sama dengan yang kita bela dan jika terjadi azab, maka pasti akan menimpa kita juga. Tuhan pernah memarahi Nabi gara-gara hal serupa, lalu turun al-Nisa':105, "wa la takun li al-kha'inin khashima", Jangan menjadi pembela bagi para pengkhianat. Selanjutnya, Allah SWT menasehati agar Nabi segera beristighfar, "wa istaghfir Allah".

Al-Qur'an sangat konsist terhadap apa yang dikatakan dan sedikitpun tidak mau ada inkonsistensi. Ketika para sahabat terbukti tergiur harta ghanimah pada perang Uhud, berebut dan mengutil, padahal perang belum usai, tentara kafir datang menghajar habis dan nabi pun hampir terbunuh. Nabi menjerit meminta pertolongan, tapi Tuhan menggelengkan kepala dan tentara langit pun hanya diam dan membisu. Tidak sama dengan perang Badar, ribuan malaikat dengan sukarela turun membantu.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video