Menelusuri Jejak Kampung Religi di Surabaya (4): Masjid Ampel Tempat Menempa Ilmu Walisongo
Wartawan: Yudi Arianto
Kamis, 01 Juni 2017 23:17 WIB
MASJID Ampel Denta dari awal berdirinya hingga saat ini dikenal menjadi pusat sekolah agama yang juga disebut sebagai pondok pesantren. Salah satunya sebagai tempat bergurunya ulama-ulama besar anggota Walisongo seperti Sunan Giri, Sunan Bonang serta Sunan Drajat. Meskipun tidak terlihat seperti pesantren pada umumnya, tapi untuk kegiatannya sama karena ada jam belajarnya.
“Kalau di ponpes ada madrasah diniyah, kalau di Masjid Agung ada LPBA MASA, baru mengikuti pengajian-pengajian,” kata Muhammad Azmi, Ketua Ta’mir Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya (MASA), yang dulu dikenal dengan nama Masjid Ampel Denta.
BACA JUGA:
Bagikan Tafsir Al-Jailani, Khofifah Ajak GenZi Jadi Generasi yang Cinta dan Mengamalkan Quran
Lebaran Tinggal Hitungan Hari, Ini Tips Berhijab Bagi yang Punya Pipi Tembem
Lucu! Polisi Bagikan Takjil, Pengendara Putar Balik, Jalan Raya Sepi, Mengira Tilang
Al-Quran tentang Makna Digital
Menurutnya, tipikal kiai Surabaya dari dulu hingga kini memang tidak ada pondok pesantrennya. Artinya, mereka (para kiai) mengajarkan ilmunya di rumah masing-masing.
“Kita sendiri yang datang ke rumah mereka sesuai jadwal pengajian yang digelar oleh masing-masing kiai. Ada kiai yang hanya membuka pengajian hanya di bulan puasa,” jelas pria yang biasa disapa Gus Azmi ini.
Bentuk sekolah agama yang dijalankan oleh MASA adalah sekolah pendidikan Bahasa Arab. Dengan adanya wadah atau lembaga pendidikan ini, akan menambah kuat lagi kegiatan belajar mengajar keagamaan yang dilakukan para ulama/kiai di Surabaya.
Ada dua lembaga pendidikan yang dimiliki Masjid Agung Sunan Ampel saat ini, yakni LPBA (Lembaga Pengajaran Bahasa Arab) MASA sebagai lembaga kursus, serta Stibada (Sekolah Tinggi Bahasa Arab dan Dakwah) MASA, sebagai sekolah tingginya.
Simak berita selengkapnya ...