Olah Kerupuk Terung, Tembus Angka Rp 50 Juta per Produksi
Editor: Choirul
Wartawan: -
Kamis, 01 Maret 2018 22:28 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Sateni (53), produsen kerupuk Terung sejak 1988, meraih Rp 50 juta perproduksi. Pembuatan kerupuk Terung khas Kenjeran ini membutuhkan waktu setidaknya seminggu, untuk sekali proses. Mulai dari proses penangkapan terung sampai proses penjemuran.
Pertama terung yang telah diambil dari laut dikeluarkan airnya dengan cara ditusuk. Setelah itu pengijakan terung yang berfungsi untuk membersihkan terung dari kotoran. Proses ini setidaknya memakan waktu 30 menit. Setelah warna terung berubah menjadi putih selanjutnya adalah proses pembelahan terung.
BACA JUGA:
Jelang Piala Dunia U-17, Puluhan Pedagang Kecil Dilarang Berjualan di Sekitar Stadion GBT
Gus Lilur Motivasi Pelaku UMKM agar Naik Kelas
Kisah Generasi ke-3 Wirausaha Bakso di Surabaya, Bunda Cindy Tetap Pertahankan Resep Keluarga
Gubernur Khofifah Bagikan 100 Paket Zakat Produktif pada Pelaku Usaha Ultra Mikro Surabaya
Proses pembelahan ini harus dilakukan dengan hati-hati yaitu harus lurus dari gigi ke gigi, karena kalau tidak lurus akan mempengaruhi bentuk kerupuk saat digoreng nanti. Setelah itu proses penjemuran memakan waktu 2-3 hari. Setelah proses penjemuran dilakukan proses perendaman selama satu jam. Kemudian dilakukan proses penapean selama satu malam dan kemudian baru proses penggorengan.
Proses pembuatan kerupuk terung masih dilakukan dengan cara yang tradisional. Hal ini bertujuan untuk mempertahankan cita rasa kerupuk terung yang menjadi khas Kenjeran. Proses pembuatan dilakukan di rumah tepat di tepi laut. Selain untuk mempermudah pemasakan hal ini juga untuk menjaga kesegaran terung yang baru. Terung yang masih segar hasil tangkapan dari laut langsung dimasak. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi cita rasa terung. Selain itu proses pembuatan yang berada di tepi laut juga terdapat beberapa resiko, salah satunya yaitu jika air pasang dan terjadi banjir dapat menghambat proses produksi.
Simak berita selengkapnya ...
sumber : *Dhian Bintariana