​Sumamburat: Kabar Duka dari Udara | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Sumamburat: Kabar Duka dari Udara

Editor: Redaksi
Wartawan: --
Rabu, 31 Oktober 2018 23:38 WIB

Dr H Suparto Wijoyo.

Oleh: Suparto Wijoyo*

SAAT ini banyak warga dunia menolehkan pandangan dalam degub tragedi dunia penerbangan Indonesia. Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610, rute Jakarta-Pangkal Pinang, Senin pagi, 29 Oktober 2018 dinyatakan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. 189 insan yang menumpang turut dalam duka yang menyibak langit Republik yang tengah sibuk politik pileg nan pilpres 2019. Mendung yang sedianya dikira hujan hendak turun untuk memungkasi musim kemarau, berubah menjadi lembaran kelam tangis yang menyayat jiwa-raga seluruh anak bangsa yang memiliki ruhani kemanusiaan. Lelehan air mata itu mengalir laksana gulungan ombak yang menerjang dengan lara yang semakin kentara. Anggota keluarga hadir dengan terawang sinar mata yang tampak penuh lelah, sinarnya memunculkan binar sesaknya dada yang mewakili remuk-redam batinnya. Sinar yang meredub dengan kepasrahan yang harus mampu dibaca negara. Pada sisi inilah doa adalah jalan terbaik untuk dilantunkan bagi kemuliaan seluruh para korban dan penguasa membulatkan tekad untuk meringankan beban mereka.

Ya … Langit itu memang mencakrawalakan beragam kemungkinan. Karunia dapat hadir dari segenap penjuru langit dan bumi sebagaimana tertuang dalam sederetan firman Tuhan. Dari langit dengan udara yang menyemilirkan diri bersama gerak angin telah memberikan kehidupan melalui gumpal indah oksigennya. Gelombang udara sejatinya jalan lapang semua frekuensi dan suara jalinan komunikasi terfasilatsi oleh Allah SWT melalui sarana udara. Udara yang berarak meski terkadang singgah mendekap kerumun awan yang meski tidak hitam, bukan berarti tidak ada tanda-tanda. Tentu bervariasi tanda-tanda yang menyajikan banyak hal untuk dipikirkan oleh manusia melalui akal sehatnya. Lantas ada kabar tentang kehidupan, pun terderet pula jejak kematian yang terdaftar pada naungan indah sidratil muntaha. Arasy Tuhan ber untuk menjadi ayat yang harus ditafakuri melalui pikiran agar terasah adanya pengendali dalam hidup ini yang mengatur setiap deret “pori-pori” udara atupun “puting beliung” yang acapkali mampu memperorak porandakan “kreasi insani” yang ada di bumi.

Legenda meteor yang ditumpangi setan untuk mengintip dan menyarikan “suara Tuhan” di angkasa tetapi tidak pernah berhasil sejak setan berubah menjadi iblis akibat sikap sombongnya yang tidak mau menjalankan Perinta Yang Maha Memerintah. Iblis didongengkan lari “memeteorkan diri” yang berpotensi menabrak bumi untuk selanjutnya iblis sendiri terjungkal dalam gesekan antar makhluk yang nyaris iblis tidak mampu melihatnya, yaitu partikel-partikel angkasa yang di atas atmosfer, yang Tuhan “mengharamkan” bagi iblis melihatnya dan tidak hendak disentuh oleh kemaksiatan setan.

Namun tetap ketahuilah bahwa hujan juga hadir melalui medium udara sebagai instrumen dimana Tuhan merahmati manusia dengan guyuran air yang secara sains bermula dari siklus “pengayaan pancaran sinar matahari” yang mampu “kawin kontrak” dengan air lautan, sehingga menggumpal menjadi mendung yang arakannya ditunggu kita semua. Hujan turun pada saat kami semua membutuhkan atau memang Tuhan menghadirkannya sesuai dengan qoda dan qadarnya.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video