Era Purba, Telah Ada Pageblug melalui Cacing
Editor: rosihan c anwar
Selasa, 23 September 2014 07:48 WIB
CHICAGO (bangsaonline)
Tingginya kebudayaan masyarakat Mesopotamia seputar sungai Efrat dan Tigris, dibuktikan dengan menyiptakan irigasi permanen, dan pembuatan saluran limbah rumah tangga.
BACA JUGA:
Pj Gubernur Jatim dan Menteri Kesehatan Resmikan Layanan Imunoterapi Kanker di RS Bhayangkara
Eyebost Perkenalkan Vitamin Mata Eyebost Sebagai Solusi Jitu Jaga Kesehatan Mata
Waspada Musim Pancaroba, ini Rekomendasi PB IDI agar Tetap Sehat saat Perjalanan Mudik
Tak Hanya Hilangkan Stres, Profesor Jepang Sebut Hutan Mampu Bunuh Sel Kanker
Tetapi, kehebatan penciptaan sistem irigasi ini, ternyata bisa memunculkan pageblug (wabah). Penemuan cacing Schistosomiasis yang berusia 6200 tahun menyibak peran manusia dalam penyebaran penyakit berbahaya. Ilmuwan meyakini, sistem irigasi di era Mesopotamia mempercepat penyebaran parasit tersebut.
Situs dw.de memberitakan, penemuan telur parasit Schistosomiasis di dalam kuburan berusia 6200 tahun di Suriah menjadi bukti tertua penyebaran penyakit melalui sistem irigasi di Timur Tengah. Schistosomiasis atau dikenal juga dengan bilharzia disebabkan oleh cacing pipih trematoda yang hidup di pembuluh darah.
Infeksi yang disebabkan oleh cacing ini bisa menyebabkan Anaemia, kegagalan ginjal atau kanker kandung kemih. Di Indonesia, cacing Schisto bisa ditemukan di dataran tinggi Lindu dan Napu, Sulawesi Tengah.
Dalam studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Lancet Infectious Diseases itu ilmuwan memperkirakan, parasti Schistosomiasis menyebar melalui sistem irigasi di Mesopotamia, kawasan yang terdapat di antara dua sungai Tigris dan Euphrat yang kini menjadi bagian Irak, Iran, Kuwait, Suriah dan Turki.
Lewat Pori-pori
Simak berita selengkapnya ...
sumber : dw.de