Sumamburat: TKA yang Mengganggu Kertanegara | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Sumamburat: TKA yang Mengganggu Kertanegara

Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: .
Rabu, 01 Mei 2019 12:43 WIB

Suparto Wijoyo

Oleh: Suparto Wijoyo *

SEMARAK Peringatan Hari Buruh setiap tahunnya, termasuk 1 Mei 2019 ini, terpotret tetap membisikkan kerisauan. Apabila kekuasaan merasa nyaman dengan fenomena tenaga kerja asing (TKA) berarti perlu disemat lebih dalam tentang kelindan keberpihakannya terhadap kondisi buruh yang terus saja berlusuh-lusuh. Mereka merasakan adanya kegetiran yang mengaduk-aduk batin warga secara luas, sebelum akhirnya pasrah dalam kepiluan yang menghujam di ruang publik ketenagakerjaan. Bukalah kembali lembar-lembar koran sepanjang “periode ini”, akan terketemukan berita yang menyesak dada: tukang angkut batu bata, semen alias kuli bangunan saja impor.

Sungguh itu adalah sebuah fakta yang menimbulkan pesan betapa lemahnya pengawasan aparatur negara. Otoritas negara seolah menjadi ciut nyali dan tidak berdaya membendung arus deras TKA yang menyaru sebagai wisatawan. Bahkan ada PSK dan terapis pijat asal Tiongkok turut mengalir menyemarakkan gelombang “impor manusia” dalam ukuran yang melebihi batas-batas “demarkasi ketenangan sosial”. Regulasi ketenagakerjaan diakali dengan terang dan TKA impor dijunjung atas nama investasi dengan mengabaikan Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang menormakan hak rakyat untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bukankah jutaan warga pemilik kedaulatan dan pemberi suara dalam pemilu, masih banyak menganggur untuk dapat dientas oleh negara?

Terhadap kondisi ini, demi bergeloranya kenegaraan, saya teringat tentang apa yang pernah terhelat di Nusantara pada era kepemimpinan Singhasari di tangan Sri Maharaja Sri Lokawijaya Purusottama Wira Asta Basudewadhipa Aniwariwiryanindita Parakrama Murddhaja Namottunggadewa alias Kertanagara (1268-1292). Singhasari selama 24 tahun menjulang menjadi imperium melalui rencana pembangunan semesta dengan pola menyatukan nusantara. Kertanagara memahami posisi strategis pulau-pulau untuk dirangkai secara geopolitik dalam persemakmuran nusantara (United of Nusantara). 1275 “sidang kabinet” memutuskan untuk melakukan Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin “Jendral” Kebo Anabrang. Ekspedisi ini merupakan ekspansi teritorial yang didasarkan atas komitmen persekutuan untuk menguasai jalur ekonomi dan hankam di Selat Malaka. Jambi, Pahang, Gurun dan Bakulapura serta Melayu bergabung total tahun 1282 sejurus waktu “keputusan istana” menggelar Ekspedisi Pabali, di mana Bali terintegrasi. Kedua ekspedisi ini menyentak Kubilai Khan, pemegang tampuk kekuasaan Mongol dari Dinasti Yuan (1280-1367). Pengaruh Tiongkok di Asia terbendung sempurna oleh Kertanagara.

Kubilai Khan murka merasa tersinggung atas bersatunya nusantara hingga mengeluarkan “maklumat tertulis” yang dibawa Meng Khi tahun 1289-1290 dengan diktum utama agar Kertanagara tunduk. Kertanagara berdiri heroik menolak tunduk sambil “menampar keras wajah sang duta” untuk dikenang sampai di daratan Tiongkok. Peristiwa ini menjadi lonceng peperangan antara Kubilai Khan dengan Kertanagara. Pada 1293, 20.000 tentara asal Hokkian, Kiangsi dan Hukuang yang dikomandani Shih-pi, Kau Hsing dan Ike Mese mendarat di Tuban untuk selanjutnya menyerbu melalui rute Kali Sedayu maupun Kalimas.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video