Bakti Religi, Polda Jatim dan Polres Nganjuk Sembahyang Bareng di Pura Kertabuana Giri Wilis | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Bakti Religi, Polda Jatim dan Polres Nganjuk Sembahyang Bareng di Pura Kertabuana Giri Wilis

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Anatasia Novarina
Selasa, 16 Juli 2019 14:50 WIB

"Nanti para hadirin sekalian mungkin semeton yang di Bali atau semeton yang di luar Jawa Timur ingin berkunjung ke Pura Kerta Bhuwana Giri Lawu, bisa memberi arah atau memberi informasi bahwa di sini ada leluhur yang sampai dengan saat ini memang harus kita lestarikan dan harus kita jaga betul untuk ke depannya," pungkasnya

Sekadar diketahui, Pura Kertabuana Giri Wilis terletak di kaki Gunung Wilis tepatnya Dusun Curik Desa Bajulan, Kecamatan Loceret, Nganjuk, Jawa Timur. Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis sebagai tempat sembahyang orang yang beragama hindu dan juga salah satu dari tempat wisata yang ada di Kota Nganjuk  Daerah perbukitan Gunung Wilis juga pernah dilalui oleh Jenderal Sudirman, sebelum melakukan Serangan Umum 1 Maret 1949 ke Yogyakarta.

Ada 114 kepala keluarga di Dusun Curik yang terdiri dari 500 jiwa, dan merupakan pemeluk agama Hindu. Mereka hidup rukun berdampingan dengan pemeluk agama lain yang bertempat tinggal di dusun-dusun sekitarnya.

Pura Kerta Bhuwana Giri Wilis merupakan Pura Penyawangan dari Candi Sapto Argo yang berada di puncak Gunung Wilis yang merupakan pemujaan Dewa Wisnu, Dewi Sri dan leluhurnya. Umat Hindu di Desa Bajulan setahun sekali naik ke puncak Gunung Wilis untuk melakukan bersih-bersih dan merawat Candi Sapto Argo sekaligus bersembahyang. Di sekitar Candi Sapto Argo terdapat situs-situs, sedangkan arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri yang ada di Candi Sapto Argo telah hilang dicuri.

Sesepuh-sesepuh umat Hindu yang ada di Desa Bajulan meyakini bahwa di sekitar Candi Sapto Argo terdapat lima prasasti dan saat ini yang telah ditemukan hanya tiga prasasti. Ketiga prasasti tersebut dipahat pada batu-batu yang besar yang hingga kini belum ada penelitian yang dilakukan di Gunung Wilis.

Sementara itu, umat Hindu di Desa Bajulan juga tidak bisa membaca isi dari prasasti tersebut karena ketiga prasasti tersebut ditulis dengan simbol-simbol seperti lingkaran, tanda silang, jalan, air terjun dan lain-lain. Posisi ketiga prasasti itu berada pada tiga titik yang membentuk-bentuk segi tiga, yang berada pada lereng sebelah timur, pada lereng bagian tengah, dan pada lereng sebelah barat dari Candi Sapto Argo. (ana/rev) 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video