Kiai Asep Dijegal, Markas Besar Oelama Djawa Timoer Jadi Museum Nasional Terbengkalai | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kiai Asep Dijegal, Markas Besar Oelama Djawa Timoer Jadi Museum Nasional Terbengkalai

Editor: MMA
Rabu, 20 November 2019 11:34 WIB

Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA menandantangani dokumen penyerahan tanah wakaf Markas Besar Oelama (MBO) Jawa Timur kepada PBNU di Guest House Institut KH. Abdul Chalim Pacet Mojokerto Jawa Timur, Rabu (13/11/2019). Tampak juga KH Sholeh Hayat, utusan PWNU Jatim yang ditugasi minta tandangan Kiai Asep. Saat penandatangan itu juga disaksikan Drs Fathurrohman, salah satu ketua PCNU Kota Surabaya dan M Mas'ud Adnan, owner HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com. foto: BANGSAONLINE.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA menuturkan saat jadi Ketua PC Kota Surabaya, banyak sekali program yang dicanangkan. Selain menyelamatkan Djawa Timoer (MBODT) di Waru Sidoarjo, juga membangun kantor PC Kota Surabaya.

“Di bagian belakang itu saya bangun tiga lantai. Dulu asalnya dapur,” kata Kiai Asep Safuddin Chalim kepada M Mas’ud Adnan, Pemimpin Umum HARIAN BANGSA dan BANGSONLINE.com di Guest House Institut KH Abdul Chalim Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Jawa Timur.

“Saat itu kantor PC Kota Surabaya termegah se-Indonesia,” jelas pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu. Ia mengaku bahwa saat itu ia sangat dekat dengan Wali Kota Surabaya Sunarto Sumoprawiro. Ia bahkan terus terang bahwa uang untuk membeli MBODT itu di antaranya disumbang wali kota itu. “Namun tak lepas dari pengorbanan uang pribadi,” tambahnya.

Karena itu, ia menyayangkan para rival politiknya di yang menuduh berlebihan. Ia dianggap jadi kaya karena dapat uang dari wali kota. Padahal dana-dana sumbangan itu untuk program-program .

“Dulu kondisi keuangan saya kan tidak seperti sekarang. Kalau sekarang saya kan gak pernah mau disumbang siapa pun karena saya dan pesantren saya sudah lebih dari cukup,” kata Kiai Asep sembari mengatakan bahwa istrinya marah jika ia menerima sumbangan dari pihak luar.

Namun ia memaklumi tuduhan-tuduhan negatif terhadap dirinya saat itu. Karena ketika ia jadi ketua PC Kota Surabaya memang banyak membeli inventaris untuk PC Kota Surabaya. “Selain membangun kantor, saya beli mobil untuk investaris kantor PC. Saya juga beli puluhan mesin ketik elektrik untuk inventaris PC,” kata Kiai Asep.

Menurut Kiai Asep, mungkin karena banyak belanja inventaris kantor PC itu lalu muncul kecemburuan. “Mereka mengira kalau saya bisa seperti itu, mereka juga merasa bisa seperti saya,” kata Kiai Asep menduga.

Karena itu, tutur Kiai Asep, saat maju sebagai calon ketua PC Kota Surabaya untuk periode kedua ia dijegal. “Saya dijegal lewat tata tertib dengan alasan saya anggota DPRD,” kata Kiai Asep. Padahal Kiai Asep mengaku sudah menyatakan mundur sebagai anggota DPRD Kota Surabaya. Kiai Asep memang hanya beberapa bulan jadi anggota DPRD Kota Surabaya.

Yang mengherankan, tutur Kiai Asep, tatib pemlihan ketua itu ditetapkan saat jam istirahat sehingga banyak yang tak ikut. “Banyak ranting-ranting nangis karena saya terganjal. Akhirnya saya mundur sebagai calon (ketua PC),” kata Kiai Asep.

Menurut dia, di antara pengurus yang mengganjal ia maju sebagai calon ketua PC periode kedua adalah Mubarok dan beberapa pengurus lain. “Mubarok menjegal saya dengan cara-cara yang brutal. Tapi saya tidak dendam. Saat itu memang sedih tapi sekarang saya malah berterima kasih kepada Mubarok dan yang lain. Karena kalau saya gak diganjal dan saya jadi ketua PC periode kedua, mungkin saya tak punya pesantren besar seperti sekarang,” katanya.

Sebab, menurut Kiai Asep, saat itu ia punya program besar untuk . “Kalau saya jadi ketua PC periode kedua, berarti selama lima tahun saya fokus untuk mewujudkan program itu, kemungkinan saya tak bisa mendirikan pesantren seperti sekarang,” katanya.

Apa program besar Kiai Asep untuk saat itu? “Saya mau menjadikan MBODT itu sebagai museum nasional,” kata putra KH Abdul Chalim Luwimunding, salah seorang kiai pendiri itu. Menurut Kiai Asep, tak jauh dari MBODT itu ada tanah kosong. “Tanah itu mau saya beli untuk dibangun hotel dan perpustakaan nasional. Jadi hotel itu mau saya buat tempat nginap atau transit kalau ada pengurus atau kiai dari daerah lain ke Jawa Timur,” kata Kiai Asep. Ia optimistis program besar itu terwujud karena semua rencana sudah dipersiapkan.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video