​KHR As’ad Syamsul Arifin: Saya kalau Lihat Wajah Gus Dur, yang Tampak Wajah Hadratussyaikh | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​KHR As’ad Syamsul Arifin: Saya kalau Lihat Wajah Gus Dur, yang Tampak Wajah Hadratussyaikh

Editor: MMA
Kamis, 21 November 2019 16:07 WIB

KHR As'ad Syamsul Arifin. foto: istimewa

Oleh: M Mas’ud Adnan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sekitar lima tahun setelah Muktamar ke-27 di , merebak berita di media massa bahwa KHR As’ad Syamsul Arifin mufaraqah (memisahkan diri) dari kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid () sebagai Ketua Umum Tanfidziyah PB. Padahal Kiai As’ad inilah pendukung utama saat terpilih sebagai ketua umum PB bersama KH Ahmad Shidiq sebagai Rais Aam Syuriah PB pada Muktamar tahun 1984 di pesantren yang diasuhnya yaitu Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Jawa Timur.

Kiai As’ad mufaraqah, di antaranya, karena Gus Dur jadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). "Ketua kok jadi pimpinan ketoprak," kata Kiai As'ad.

(Presiden RI ke-2 Soeharto menyalami KH Abdurrahman Wahid () disaksikan KHR As'ad Syamsul Arifin (bersorban, no 2 dari kanan) dan KH Ahmad Shiddiq (tengah bersorban, no 3 dari kanan). foto: repro detik)

Kiai As’ad mufaraqah juga karena jadi juri festival film dan membuka Malam Puisi Yesus Kristus dan dianggap membela Syiah. Namun pada acara “ Diadili 200 Kiai” di Pesantren Darut Tauhid Cirebon pada 8-9 Maret 1989, putra KH A Wahid Hasyim yang bernama asli Abdurrahman Ad-Dakhil itu menjawab dengan cerdas semua yang diresahkan para kiai, termasuk Kiai As’ad.

Menurut , aktif dalam bidang kesenian bagian dari dakwah. Apalagi saat itu film-film bioskop dipenuhi film semi porno yang terkenal dengan istilah sekwilda (sekitar wilayah dada) dan bupati (buka paha tinggi-tinggi).

(KHR As'ad Syamsul Arifin bersama Menteri Agama RI Orde Baru Alamsjah Ratu Perwiranegara. foto: repro detik)

Memang, saat jadi juri festival film itu mulai terjadi perubahan. Nominator dan pemenang film sangat ketat. Gus Dur dan para juri film menyingkirkan film-film picisan penuh bumbu seks. Yang diangkat sebagai nominator dan pemenang adalah film yang memenuhi standar seni dan berkualitas.

juga menjelaskan soal isu “Assalamu’alaikum” diganti “Selamat Pagi”. Menurut , secara budaya dalam pergaulan sehari-hari “Assalamu’alaikum” memang boleh saja diganti “Selamat Pagi”. Tapi, kata , jangan lupa bahwa secara syariat Asslamu’alaikum itu bagian dari salat sehingga tak sah salatnya jika tanpa Assalamu’alaikum, apalagi diganti selamat pagi. Nah, dalam berita yang dimuat Majalah Amanah pernyataan bahwa “secara syariat Assalamu’alaikum bagian dari salat yang tak boleh ditiadakan atau diganti” terpotong sehingga seolah-olah memperbolehkan Assalamu’alaikum diganti dengan Selamat Pagi. Maka publik pun geger.

(KHR As'ad Syamsul Arifin dan Menteri Penerangan Orde Baru Harmoko. foto: repro detik)

Namun Kiai As’ad mufaraqah sejatinya bukan karena pemikiran yang kontroversial. Tapi karena sangat kritis terhadap pemerintahan Orde Baru, terutama Soeharto. “Saya memilih mufaraqah (memisahkan diri), tetap di satu masjid tapi tidak mau jadi makmum. Ya, bagaimana, wong ketika salat imamnya kentut atau kelihatan ‘anu’-nya. Masak saya mau makmum juga,” kata As'ad bertamsil seperti dilaporkan Tempo edisi 2 Desember 1989.

Warga pun gempar. PB mengutus KHM Yusuf Hasyim, pengasuh Pesantren Jombang untuk tabayun (klarifikasi) ke Kiai As’ad. Kiai Yusuf Hasyim adalah putra KHM Hasyim Asy’ari yang saat itu Wakil Rais Syuriah PB.

Kiai Yusuf Hasyim merekam semua pembicaraan Kiai As’ad saat tabayun. Ternyata apa yang muncul di media massa berbeda sekali dengan sikap asli Kiai As’ad. Intinya, Kiai As’ad tetap bersama dan PB. “Iya ya..” demikian salah satu penggalan pernyataan Kiai As’ad dengan nada tinggi dalam rekaman itu ketika Kiai Yusuf minta Kiai As’ad jangan mufaraqah.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video