Wonocolo Folklore Fiesta, Jadi Penambang 'Emas Hitam' Sejak Era Belanda
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Eky Nurhadi
Senin, 09 Desember 2019 23:45 WIB
BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata memperingati tahun kedua penetapan kawasan Geoheritage Wonocolo, di puncak hamparan minyak bumi Kecamatan Kedewan Bojonegoro.
Peringatan ini dengan menggelar Festival Geo Park yang diisi berbagai macam kegiatan. Festival tahun kedua ini Pemkab mengambil tema "Wonocolo Folklore Fiesta" (Cerita Rakyat Wonocolo).
BACA JUGA:
Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Baru Sebulan Musim Kemarau, Satu Desa di Bojonegoro Sudah Terdampak Kekeringan
Tujuannya, untuk membumikan wisata berbasis minyak dan gas bumi andalan Kabupaten Bojonegoro ini. Selain itu, juga mensyukuri "emas hitam" yang setiap hari terus ditambang secara tradisional oleh masyarakat sekitar Kecamatan Kedewan.
Masyarakat Kedewan secara turun temurun kehidupan sehari-harinya bergantung pada penambangan migas. Lebih dari 100 tahun silam, Sumur Tua di Desa Wonocolo beroperasi secara tradisional dan dikelola masyarakat sekitar. Dengan mudah minyak mentah keluar dari bumi Wonocolo.
"Saya sangat bersyukur atas melimpahnya minyak yang ada di desa kami. Setiap hari minyak bisa diambil dengan mudah, ini rezeki yang luar biasa bagi warga sini," ujar Panidi, salah seorang penambang minyak tradisional saat ditemui BANGSAONLINE.com Minggu, (09/12/19).
Di Desa Wonocolo ini terdapat ratusan sumur minyak tua peninggalan Belanda yang masih terus dapat dieksploitasi dengan mudah oleh masyarakat sekitar.
Simak berita selengkapnya ...