Hasyim Muzadi: Perlu Polisi Taat Ibadah untuk Sadarkan Teroris
Editor: m mas'ud adnan
Kamis, 11 Desember 2014 15:22 WIB
BangsaOnline-Rais Syuriyah PBNU KHA Hasyim Muzadi mengaku tertarik terhadap pengakuan Nasir Abbas, mantan teroris yang mengaku malu karena kalah ibadah dengan polisi yang menjaga saat dipenjara. “Kalau begitu perlu ada dua kategori polisi untuk memberantas teroris,” kata Kiai Hasyim Muzadi yang pengasuh dua Pesantren Mahasiswa al-Hikam (di Malang dan Depok Jawa Barat). Pertama, polisi yang secara tegas bergerak di bidang penindakan.”Tugasnya yang menindak secara tegas sesuai undang-undang dan agama,” kata Kiai Hasyim.
Kedua, perlu ada polisi yang taat ibadah untuk sadarkan teroris. Polisi ini secara khusus melakukan persuasi agar hati para teroris itu tersentuh hatinya sehingga menyadari kesalahannya. Jadi perlu polisi yang ilmu agama dan ibadahnya lebih tinggi dari pada teroris."Saya kira polisi seperti ini masih ada," katanya.
BACA JUGA:
Ghibah Politik Ramadhan: Menyoal PBNU tentang Politik Dinasti dan Misi Gus Dur
Tiga Napi Tindak Pidana Terorisme di Lapas Kediri Nyatakan Ikrar Setia pada NKRI
Cegah Ajaran Radikalisme Melalui Medsos, Polresta Sidoarjo Perkuat Barisan Netizen
Napiter Asal Semarang Bebas di Lapas Tuban
Menurut Kiai Hasyim Muzadi, salah satu akar terorisme adalah radikalisme. Karena itu penguatan ahlussunnah wal jamaah (Aswaja) sangat penting. Sebab Aswaja inilah yang selama ini menjadi watak inklusif paham keagamaan mayoritas bangsa Indonesia. Dan itu berarti NU.
Seperti diberitakan bangsaonline, mantan teroris, Nasir Abbas, mengaku malu karena ternyata polisi yang menjaga dia saat dipenjara ternyata lebih taat ibadah ketimbang dirinya. “Hati saya tersentuh ketika polisi yang jaga saya pamit mau salat,” katanya di depan 600 kiai NU se-Jawa dan Sumatera di Pesantren al-Hikam Depok Jawa Barat. “Polisi yang jaga saya salat tepat waktu, sedang saya yang katanya berjuang untuk Islam malah salat telat-telat. Saya kan orang lapangan jadi salatnya sering telat,” kata Nasir Abbas yang yang disambut tawa para kiai.
Hati Nasir juga tersentuh ketika ia tahu bahwa polisi yang jaga ternyata juga puasa Senin-Kamis. “Saya sendiri yang mengaku pejuang Islam puasanya hanya bulan Ramadan,” kata Nasir Abbas dengan logat Malaysia yang sangat kental. Lagi-lagi para kiai tertawa. Ia merasa malu karena ia selama ini merasa paling Islam atau lebih Islam dari orang lain ternyata dengan polisi saja kalah taat dalam ibadah.
Nasir bercerita selama jadi teroris tak pernah membunuh warga sipil. “Kalau membunuh tentara dan polisi memang iya,” kata Nasir yang pernah disekolahkan di Akademi Militer Afghanistan.
Simak berita selengkapnya ...