Tafsir Al-Isra 100: Andai Kita Diberi Kunci Gudang Rezeki
Editor: Redaksi
Minggu, 26 April 2020 00:50 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
100. Qul law antum tamlikuuna khazaa-ina rahmati rabbii idzan la-amsaktum khasyyata al-infaaqi wakaana al-insaanu qatuuraan.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.” Dan manusia itu memang sangat kikir.
TAFSIR AKTUAL
Ayat sebelumnya berbicara soal kekufuran penduduk Makkah dengan segala ulahnya. Dasar kafir, dinasehati, diajak dialog macam apa saja tetap kafir. Kini diarahkan khusus ke kebajikan dan amal sosial, hal mana semua orang bisa mengamalkan.
Ketika hati bagus ingin berderma, hati iman ingin bersedekah, dan jiwa jernih ingin menolong sesama, maka hanya alasan materi yang tersisa. Jika ada materi, ada uang berlebih, ada harta melimpah, maka amal sosial pasti terlaksana. Mestinya begitu, tapi kenyataannya?
Ayat kaji ini memamparkan, andai seseorang diberi kunci gudang rezeki, hingga mau seberapa saja tinggal ngambil, maka apakah mereka loyal berderma, suka bersedekah? Ternyata tidak. Ya, karena watak dasar manusia itu pelit banget. "wa kan al-insan qatura".
Sasaran ayat ini adalah jiwa keimanan dan kekufuran. Tes-tesannya ada pada harta. Pada harta kekayaan itulah sesorang diuji, punya keimanan atau tidak? Yang punya iman, pasti suka berderma, yakin akan mendapatkan pahala berlimpah di hari akhir nanti, sementara yang kufur atau beriman minim akan susah bersedekah.
Simak berita selengkapnya ...