Tafsir Al-Isra 108-109: 'Aisyiah Muhammadiyah "Tega" Terhadap Sesama? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 108-109: 'Aisyiah Muhammadiyah "Tega" Terhadap Sesama?

Editor: Redaksi
Kamis, 30 April 2020 01:02 WIB

ILUSTRASI: Lora Fadil bersama tiga istrinya. foto: Detik.com

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

108. Wayaquuluuna subhaana rabbinaa in kaana wa’du rabbinaa lamaf’uulaan

Dan mereka berkata, “Mahasuci Tuhan kami; sungguh, janji Tuhan kami pasti dipenuhi.”

109. Wayakhirruuna lil-adzqaani yabkuuna wayaziiduhum khusyuu’aan

Dan mereka menyungkurkan wajah sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.

TAFSIR AKTUAL

Ayat kaji ini dan beberapa ayat sebelumnya bertutur tentang sikap orang yang beriman sekaligus rilmu terhadap kitab suci al-qur'an. Globalnya, bahwa mereka itu lebih mendahulukan kepatuhan ketimbang pemikiran. Artinya, ketika kitab suci berbicara tegas dan lugas, sementara pemikiran kurang menerima, maka mereka lebih memilih tunduk kepada kitab sucinya. Bodohkah mereka?

Sama sekali tidak. Mereka mempunyai kesadaran tinggi, bahwa tidak semua kisi-kisi agama itu bisa mereka cerna dengan akal. Mereka meyakini, bahwa apa yang ditandaskan Tuhan pastilah yang terbaik dan paling sempurna. Tuhan yang maha mengerti keseluruhan masalah dan renik-reniknya, sudah barang pasti memberikan yang terbaik. Justru manusia yang sering tidak bisa melihat detail persoalan. Ya karena keterbatasan nalarnya.

Tentang yang sedang viral hari ini, yakni pada Milad Muhammadiyah kemarin, 'Aisyiah Muhammadiyah memutuskan tidak ada pembenaran lagi terkait syari'ah poligami bagi kaum laki-laki era sekarang. Poligami resmi ditutup, syariah poligami dianulir oleh cewek-cewek 'Aisyiah. Apakah "keharaman" itu khusus bagi lelaki Muhammadiyah atau berlaku pula bagi yang lain?

Di media, banyak yang mengelu-elukan dan memuji kedinamisan pola pikir 'Aisyiah itu. Bahkan lebih maju ketimbang para aktivis wanita kelas dunia, seperti Amina Wadud, Rifat Hasan, Fatimah Mernisi, 'Aisyah Bint Syati, Laila Ahmad, Sajida Alawy, dan lain-lain. Gerakan pemikiran 'Aisyiah ini disebut-sebut pula sebagai merobek dominasi fiqih maskulin ulama klasik. Wanita 'Aisyiah tidak ingin mendapat surga gratis, belas kasihan kaum lekaki. Mereka ingin menggapai surga dengan jalannya sendiri, dan seterusnya, dan seterusnya.

Ketika penulis sedang asyik mendiskusikan keputusan 'Aisyiah ini, seorang teman pejabat di Pemprov Jatim yang membidangi kependudukan menunjukkan data perbandingan pria dan wanita. Yakni 49 persen laki-laki dan 51 persen perempuan dari total 40 juta penduduk Jawa Timur. Itu artinya, ada 800.000 perempuan tanpa punya pasangan. Jika tidak ada yang menikahi, maka seumur hidupnya tidak pernah merasakan nikmatnya bersenggama.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video