Tafsir Al-Kahfi 19-20: Teologi Lockdown untuk Tangkal Corona Sudah Ada Sejak Dulu
Editor: Redaksi
Sabtu, 16 Mei 2020 23:49 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
19. Wakadzaalika ba’atsnaahum liyatasaa-aluu baynahum qaala qaa-ilun minhum kam labitstum qaaluu labitsnaa yawman aw ba’dha yawmin qaaluu rabbukum a’lamu bimaa labitstum faib’atsuu ahadakum biwariqikum haadzihi ilaa almadiinati falyanzhur ayyuhaa azkaa tha’aaman falya/tikum birizqin minhu walyatalaththhaf walaa yusy’iranna bikum ahadaan.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan demikianlah Kami bangunkan mereka, agar di antara mereka saling bertanya. Salah seorang di antara mereka berkata, “Sudah berapa lama kamu berada (di sini)?” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi), “Tuhanmu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah dia lihat manakah makanan yang lebih baik, dan bawalah sebagian makanan itu untukmu, dan hendaklah dia berlaku lemah lembut dan jangan sekali-kali menceritakan halmu kepada siapa pun.
20. Innahum in yazhharuu ‘alaykum yarjumuukum aw yu’iiduukum fii millatihim walan tuflihuu idzan abadaan
Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempari kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya.”
TAFSIR AKTUAL
Kajian tafsir ini sedang membahas pemuda goa yang sembunyi di goa terpencil, tidak keluar sama sekali karena takut dibunuh aparat raja kafir. Dan Tuhan me"lockdown" mereka dengan cara menidurkan selama 309 tahun. Lalu dibangunkan kembali setelah keadaan aman.
Teologi lockdown itu sudah ada sejak dulu, demi keamanan atau meminimalisir keburukan. Kini, dunia dilanda virus Corona (Covid-19) sehingga rumah Tuhan-pun terkena dampaknya. Ka'bah menjadi sepi, serta sholat jum'at dan jama'ah libur.
Ketika shalat jamaah di masjid diliburkan, adzan tetap dikumandangkan. Lalu, untuk apa dan siapa yang dipanggil siapa?
Pertama, adzan pada situasi ini berfungsi i'lan bi dhukhul al-waqt saja, woro-woro bahwa waktu shalat sudah tiba. Kedua, adzan sebagai syiar Islam, dan ketiga, lafadh adzan sama, kecuali pas nida' "Hayya ala al-shalah dan hayya 'ala al-falah" diganti dengan "shallu fi buyutikum" (shalatlah kalian di rumah masing-masing) atau "shallu fi rihalikum". Shalatlah kalian di tempat mana saja.
Persoalan kini, bisakah virus Corona menjadi illat (alasan) menggugurkan kewajiban shalat jum'at atau meliburkan syari'ah jama'ah shalat maktubah? Disajikan paparan sebagai berikut:
Simak berita selengkapnya ...