Tafsir Al-Kahfi 21: Teologi Monumen | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 21: Teologi Monumen

Editor: Redaksi
Sabtu, 23 Mei 2020 23:28 WIB

Ilustrasi Taj Mahal di India.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

21. Unzhur kayfa fadhdhalnaa ba’dhahum ‘alaa ba’dhin walal-aakhiratu akbaru darajaatin wa-akbaru tafdhiilaan

Perhatikanlah bagaimana Kami melebihkan sebagian mereka atas sebagian (yang lain). Dan kehidupan akhirat lebih tinggi derajatnya dan lebih besar keutamaan.

TAFSIR AKTUAL

Ayat sebelumnya juga menyinggung tentang soal ashab al-kahf dan ashab al-raqim masa lalu. Petilasannya ada dan masyarakat memandang sangat perlu diabadikan. Apalagi terkait perjuangan membela iman yang begitu berat dan berisiko tinggi. Di sisi lain, tragedi ashab al-kahfi dan al-raqim ini tidak murni peristiwa agama, melainkan juga bernuansa budaya.

Karena latar belakangnya berbeda, maka tindakan dan pilihannya juga berbeda. Pihak agama bertindak berdasar prinsip teologis dan pihak budaya bertindak atas dasar mithologis. Kelompok-kelompok itu sama-sama sepakat mendirikan monumen yang dibangun di lokasi itu. Tapi mereka berdebat soal bentuknya, berupa apa, dan bagaimana? "idz yatanaza'un bainahum amrahum, fa qalu ubnu 'alaihim bunyana".

Mereka yang seiman dengan ashabul kahfi mengusulkan agar dibangun masjid. Sementara yang tidak seiman mengusulkan dibangun gereja atau rumah tamu untuk persinggahan para musafir. Sebagian yang lain nampak emosi dan mengusulkan agar goa yang dipakai berteduh ashabul kahfi itu dihancurkan.

Perdebatan itu akhirnya mengarah kepada kesepakatan untuk melakukan pendekatan teologis dengan cara menyerahkan keputusan ke tangan Tuhan dan selanjutnya meminta petunjuk kepada-Nya, karena Dia adalah Dzat yang mahamengerti. "Rabbuhun a'lam bihim".

Semua yang terlibat dalam musyawarah itu siap meninggalkan ego dan emosi masing-masing, sehingga hanya ada satu pintu, yakni pintu Tuhan Allah SWT saja, tidak yang lain. Akhir kata, disepakati dibangun sebuah masjid di lokasi ashab al-kahfi dan al-raqim itu. "Qal al-ladzin ghalabu 'ala amrihim lanattakhidzann 'alaihim masjida". Raja setuju dengan dasar menghormati agama ashabul kahfi.

Abdullah ibn Umar R.A. berkomentar, rupanya Allah SWT akhirnya juga mengapresiasi pendapat terakhir, yaitu penghancuran goa agar tidak menimbulkan kultus. Hanya saja caranya beda. Tuhan menggunakan cara-Nya sendiri, yakni dengan merahasiakan petilasan, monumen, masjid, dan goa tersebut. Hingga kini sejarah hanya bisa menduga-duga tanpa kepastian.

Dari ayat ini, terbacalah isyarat teologis terkait pembuatan monumen, yang pada prinsipnya, bangunan monumen tersebut wajib punya manfaat, punya maslahah bagi umat manusia, utamanya terkait peningkatan amal ibadah dan ketaqwaan. Dan yang tertinggi dalam hal itu adalah MASJID.

Di negeri ini banyak monumen yang dibangun dan wujudnya disesuaikan dengan peristiwa yang melatarbelakangi. Boleh-boleh saja dan bagus. Barang kali untuk memutar ulang sejarah, sekaligus peringatan demi mengambil pelajaran yang terbaik. Tapi kenapa al-Qur'an mengangkat masjid sebagai monumen?

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video