Tafsir Al-Hijr 24-25: Berwudhu Pakai Api, Sah? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Hijr 24-25: Berwudhu Pakai Api, Sah?

Editor: Revol
Selasa, 13 Januari 2015 00:18 WIB

Ilustrasi

BangsaOnline - Api atau al-nar merupakan materi panas yang menjadi bahan dasar terciptanya Iblis atau kawanan Jin. Oleh mereka, api dipahami sebagai materi paling mulia sehingga dirinya merasa lebih mulia dibanding semua ciptaan.

Bagi mereka, kemuliaan ada pada bahan dasar, bukan pada prestasi ketaqwaan. Di sinilah, lalu Iblis selalu meniupkan sifat elitis kepada anak manusia yang merasa punya nasab tinggi.

Iblis terus membisikkan, bahwa keluhuran keturunan itu bagian dari kemuliaan yang diberikan Tuhan. Bisikan itu benar, tapi mengandung tipuan.

Bila seseorang waspada dan berpegang pada prinsip kemuliaan itu ada pada prestasi taqwa, bukan pada garis keturunan, maka dia selamat.

Tapi, kebanyakan mereka terbuai dan menikmati nikmatnya jadi elitis. Maka jangan heran ada anak bangsawan yang merasa lebih tinggi kastanya ketimbang anak orang biasa. Jangan heran bila ada habib yang memanfaatkan nama besar kakeknya (Nabi Muhammad SAW) untuk kepentingan duniawi, meski dalihnya shalawatan. Juga jangan heran bila ada gus yang hobi dudang-duding dan suka dicium tangannya.

Begitulah, sesuai kodratnya, maka daya goda Iblis berorientasi pada yang panas-panasan, yang emosi-emosian, yang nafsu-nafsuan.

Namanya nafsu, pastilah merangsang dan sangat gairah di awal mula, tapi berujung sengsara di akhirnya. Nafsu seksual, zina dan semua hubungan bebas, pastilah merangsang dan menggairahkan pada awal kali, tapi pasti buruk di akhir nanti. Nafsu politik, kekuasaan sebangsanya, pasti gairah dan siap berkorban apa saja. Saat itulah Iblis terus mendampingi dan menguasai. Islam tidak melarang seseorang meraih amanat, tapi ada etika yang mesti dipatuhi.

Kini giliran Adam yang dicipta dari tanah liat. Malaikat membaca sifat tanah terdepan adalah perusak. Itu benar. Silakan tanam benda-benda alami di dalam tanah, lama-lama pasti hancur dan terkikis.

Meski begitu, Malaikat tetap mau bersujud kepada Adam. Ketulusan malaikat itu bukan karena memandang Adam lebih mulia ditinjau dari bahan dasar, melainkan murni karena perintah Tuhan belaka. Andai Tuhan tidak menyuruh, pastilah mereka tidak bersujud.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video