​Bahaya Laten Radikal Kanan dan Radikal Kiri | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

​Bahaya Laten Radikal Kanan dan Radikal Kiri

Editor: MMA
Senin, 29 Juni 2020 09:32 WIB

Firman Syah Ali. foto: ist/ bangsaonline.com

Oleh: Firman Syah Ali

SEJARAH AWAL

Pada saat Belanda menginjakkan kakinya di Hindia Timur, terdapat banyak negara berdaulat pecahan negara Majapahit di kepulauan zamrud khatulistiwa tersebut. Diantara negara yang eksis pada saat itu adalah Negara Mataram, Negara Cirebon, Negara Banten, Negara Aceh, Negara Riau-Lingga, Negara Banjar, Negara Palembang Darussalam, Negara Pagaruyung, Negara Barus, Negara Jambi, Negara Larantuka, Bangka-Belitung Inggris, Malaka Inggris, Bengkulu Inggris, Negara Ternate, Negara Tidore, Negara Asahan, Negara Pontianak, Negara Kubu, Negara Bacan, Negara Bima, Negara Bolaang Mongondow, Negara Bone, Negara Tanah Bumbu, Negara Badung, Negara Buton, Negara Siak, Negara Deli, Negara Gowa, Negara Berau, Negara Hitu, Negara Buton, Negara Inderapura, Negara Indragiri, Negara Gorontalo dan lain-lain.

Negara-negara tersebut mayoritas merupakan negara teokrasi atau negara agama yang berbentuk monarki. Pada tahun 1800, Negara Belanda membentuk negara koloni Hindia Timur yang mereka beri nama Hindia Belanda. Dengan terbentuknya Hindia Belanda, maka negara-negara agama tersebut banyak yang bubar dan dilebur ke dalam sistem pemerintahan Hindia-Belanda yang terdiri dari tiga Gubernemen, yaitu Groote Oost, Gubernemen Borneo dan Gubernemen Sumatra, dan tiga Provinsi yang secara khusus hanya ada di Jawa. Provinsi dan Gubernemen dibagi lagi menjadi Karesidenan. Untuk Karesidenan di bawah Provinsi langsung dibagi menjadi Regentschappen, sedangkan Karesidenan di bawah Gubernemen dibagi menjadi Afdeling terlebih dahulu sebelum dibagi menjadi Regentschappen.

Sejak tahun 1800 hanya ada satu negara yaitu Hindia-Belanda sebagai koloni dari Negara Belanda. Kebulatan wilayah negara ini terus belanjut hingga tahun 1942, saat Jepang mengambil alih Hindia-Belanda. Pada tahun 1945 Kekaisaran Jepang mempersiapkan kemerdekaan Hindia-Timur yang waktu itu sudah mempopulerkan diri dengan nama Indonesia. Dalam rangka persiapan kemerdekaan Indonesia tersebut, Kekaisaran Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

PEMBENTUKAN NEGARA NASIONAL

Karena negara-negara agama sudah lama bubar dan melebur ke dalam negara Hindia-Belanda, maka BPUPKI dan PPKI tidak kesulitan untuk menyepakati berdirinya Negara Nasional berbentuk Republik dan bersistem demokrasi. Sempat terjadi perdebatan sengit antara kelompok pendukung negara agama dengan kelompok pendukung negara nasional, namun tetap saja para pendukung negara nasional yang berhasil menguasai forum.

Pada tanggal 18 Agustus 1945 terbentuklah Negara Republik Indonesia yang mewarisi wilayah dan struktur pemerintahan Hindia-Belanda. Tidak ada lagi Negara Banten, Negara Cirebon, Negara Tidore, Negara Ternate dll, hanya ada satu negara yaitu Republik Indonesia. Pemimpinnya bukan Sultan, tapi Presiden. Suka atau tidak suka, harus kita akui bahwa keutuhan kembali wilayah bekas Majapahit ini tidak lepas dari jasa Kerajaan Belanda, yang berhasil mempersatukan kembali eks Negara Majapahit ke dalam suatu negara baru bernama Hindia Belanda.

KETIDAKPUASAN KELOMPOK PENDUKUNG NEGARA AGAMA

Perdebatan di dalam tubuh BPUPKI dan PPKI rupanya tidak selesai sampai di sini, kelompok pendukung negara agama berkali-kali melakukan manuver, intrik bahkan pemberontakan terhadap Republik Indonesia. Para pendukung negara agama tentu saja mempermasalahkan Republik Indonesia Pancasila. Mereka ingin negara warisan Hindia-Belanda ini berdasarkan kitab suci salah satu agama, karena sebelum Belanda menjajah Kepulauan Hindia-Timur, di wilayah ini telah berdiri banyak negara agama yang nya adalah kitab suci salah satu agama.

KELOMPOK KOMUNIS JUGA MENOLAK NEGARA NASIONAL

Walaupun perdebatan yang menonjol dalam tubuh BPUPKI dan PPKI adalah perdebatan antara kelompok pendukung negara nasional dengan kelompok pendukung negara agama, namun ada satu elemen lagi yang selama ini sering membuat repot Pemerintah Hindia Belanda. Mereka adalah kaum komunis.

Sebagaimana para pendukung negara agama yang tidak pernah ikhlas bernaung di bawah negara nasional, kaum komunis juga bercita-cita membentuk negara komunis Indonesia sebagai bagian dari Komunis Internasional. Kaum komunis juga melakukan banyak manuver, intrik, sabotase bahkan pemberontakan terhadap Republik Indonesia, namun selalu berhasil ditumpas.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video