Tafsir Al-Hijr: Ayam Adalah Guru Keikhlasan
Editor: Revol
Senin, 09 Februari 2015 15:41 WIB
BangsaOnline - "Illa 'ibadak minhum al-mukhlashin" (40). Iblis dan kroninya telah bekerja keras menjerumuskan anak Adam dengan tehnik Tazyin dan Ighwa' seperti sudah tertutur sebelumnya. Umumnya anak Adam terpedaya dan jatuh dalam perangkap Iblis, kecuali hamba Allah yang ikhlas.
Ada dua qira'ah pada kata ini : Pertama, al-mukhlashin (huruf Lam dibaca fathah), begitu kebanyakan qari' Madinah dan Kufah membacanya dan kedua, "al-mukhlishin" (huruf Lam dibaca kasrah), bacaan selain mereka.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Perbedaan bacaan itu tidak berefek signifikan terhadap perubahan makna. Mukhlas, artinya orang yang diberi kemampuan berikhlas oleh Allah, sehingga semua gerak dan ibadahnya murni untuk Allah semata. Sedangkan makna "Mukhlis" yaitu orang yang melakukan ikhlas beribadah, berusaha bisa seikhlas mungkin hanya untuk Allah semata, lain tidak.
Ikhlas adalah nilai tertinggi dalam ibadah dan diburu sejak nabi-nabi terduhulu.
Kaum Hawariyun, sahabat pilihan nabi Isa A.S. pernah bertanya: ''Wahai utusan Tuhan, ajari kami, ikhlas itu gimana?"
Nabi Isa A.S. menjawab: "Ketika hati kalian sunguh tidak suka dipuji oleh orang lain atas amal yang anda lakukan, maka itu tanda anda telah berbuat ikhlas". Begitu Abu Tsumamah meriwayatkan.
Simak berita selengkapnya ...