Jutaan Liter Air Tanah Terbuang Percuma, ICRAF Minta Ada Tata Kelola Sumur Bor di DAS Rejoso | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Jutaan Liter Air Tanah Terbuang Percuma, ICRAF Minta Ada Tata Kelola Sumur Bor di DAS Rejoso

Editor: Yudi Arianto
Wartawan: Zahrotul Maidah
Jumat, 19 Maret 2021 20:34 WIB

Air tanah yang dipakai para petani untuk mengairi sawahnya.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Belum adanya aturan yang jelas terkait jumlah maupun jarak sumur bor yang boleh dibangun oleh masyarakat di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Rejoso, Kabupaten menyebabkan pemanfaatan air tanah oleh masyakarat menjadi tidak tepat.

Country Coordinator World Agroforestry (ICRAF) Indonesia Sonya Dewi menuturkan, petani di hilir DAS Rejoso Kabupaten mendapatkan anugerah berupa melimpahnya persediaan air tanah. Mereka membuat sumur bor (artesis) untuk irigasi pertanian. Dengan mengebor antara 60 sampai 90 meter, air keluar sendiri tanpa perlu pompa karena adanya tekanan positif dari akuifer bawah tanah. Sudah sepatutnya sumur bor dikelola dengan benar.

Saat ini kondisi sumur bor yang ada di masyarakat sebagian besar tanpa kran, sehingga air mengalir selama 24 jam tanpa henti. Selain itu konstruksi pipa menggantung yang tidak sampai pada dasar sumber air, ditambah dinding sumur bor tanpa pelindung kerap menyebabkan dinding sumur mudah runtuh dan menyumbat aliran air.

“Makanya sumur tidak berumur panjang. Biasanya cuma dua sampai tiga tahun saja, karena debit sumur artesis mengecil atau bahkan berhenti mengeluarkan air, masyarakat kemudian membangun sumur baru untuk memenuhi air,” kata Program Officer Kegiatan Percontohan World Agroforestry (ICRAF) Indonesia, Lisa Tanika, dalam bincang media secara daring dengan topik "Bijak Memakai Air Tanah Melalui Konstruksi dan Pengelolaan yang Tepat", Jumat (19/03).

Lebih lanjut, Lisa Tanika menggambarkan, misalkan 1 sumur bor mempunyai debit 5 liter/detik, maka selama 3 bulan musim hujan air sumur bor dibiarkan mengalir, maka dalam setahun kisaran 39,7 juta liter air berpotensi terbuang percuma dari setiap sumur bor.

Koordinator Gerakan Rejoso Kita, Ni’matul Khasanah mengatakan, penelitian yang dilakukan antara 2015-2019 menyebutkan 600 sumur bor tersebut tersebar di enam kecamatan di hilir DAS Rejoso (Alex Toulier, Universitas Montpellier, 2019). Jumlah sumur bor terbanyak dijumpai di Kecamatan Gondang Wetan dan Winongan.

Diskusi kelompok terfokus bersama masyarakat yang dilakukan oleh World Agroforestry (ICRAF) pada akhir tahun 2019 memastikan bahwa jumlah sumur bor saat ini telah bertambah.

Ia melanjutkan, DAS Rejoso yang didominasi oleh hortikultura dan hutan di bagian hulu, agroforestri di bagian tengah, dan persawahan di bagian hilir DAS terus mendapatkan tekanan dari kegiatan antropogenik sebagai akibat dari meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan desakan kebutuhan ekonomi serta rendahnya kesadaran lingkungan.

“DAS Rejoso dengan mata air Umbulan, memainkan peran dan fungsi strategis sebagai penyedia air bersih, tidak hanya bagi Kabupaten , namun juga bagi wilayah sekitarnya, seperti Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, dan Kabupaten Gresik,” jelasnya. Debit mata air Umbulan turun dari ± 5.000 liter/detik di tahun 1980 menjadi 3.500 liter/detik di tahun 2020.

Yang dilakukan saat ini oleh ICRAF melalui Gerakan Rejoso Kita menurut Ni’matul Khasanah, lebih kepada upaya menutup sumur bor lama milik masyarakat lalu menggantinya dengan sumur bor baru dengan konstruksi yang tepat.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video