Mengerikan! Inilah Kondisi Gus Dur saat Cak Imin Ambil Alih PKB | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Mengerikan! Inilah Kondisi Gus Dur saat Cak Imin Ambil Alih PKB

Editor: tim
Jumat, 16 April 2021 15:58 WIB

KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Foto: ist

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Judul asli tulisan ini: BAPAKKU BUKAN PEREKAYASA KONFLIK. Ditulis Alissa Wahid, putri . Tulisan ini sebenarnya sudah lama beredar di kalangan kiai-kiai dan kader NU. Kini saat wacana desakan Muktamar Luar Biasa (MLB) meluas, tulisan Mbak itu beredar lagi. Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkan secara lengkap tulisan tersebut:

Senin malam, 25 Pebruari 2012, saya membaca mention di twitter tentang berita yang akan mendirikan monumen di Singkawang, Kalimantan. Kota yang banyak dihuni saudara sebangsa berdarah Tionghoa, yang tentu saja sangat menghormati .

Walau saya mempertanyakan apakah kiranya sebagai orang yang substantif dan tidak suka seremoni, Bapak suka dibuatkan monumen; bukan soal itu yang mengganggu batin saya. Sudah beberapa waktu terakhir ini, saya ingin menulis tentang Bapak dan konflik cak Imin dari kacamata saya sebagai anak.

Tulisan ini adalah kegelisahan saya atas narasi yang semakin sering saya dengar dari mulut dan tulisan orang-orang Cak Imin.

Pertama kali, saya mendengarnya langsung dari seorang politisi , saat ia meminta saya untuk menjembatani Cak Imin dengan keluarga Ciganjur. Sebelumnya, saya sudah beberapa kali didekati untuk menjadi jembatan ishlah, tetapi narasi ini belum pernah saya dengar.

Sejak itu, saya mulai banyak mendengarnya dari orang-orang lain dari berbagai penjuru, baik langsung dari mulut mereka maupun via social-media, baik dari kawan-kawan Nahdliyin maupun dari aktivis .

Narasinya sederhana: Konflik antara dan cak Imin adalah konflik yang sengaja didesain oleh , sebagai strategi politik; bukan sebuah konflik sungguhan dan karenanya sejatinya tidak ada persoalan antara dan .

Bahkan ada beberapa orang yang menyebutkan dengan gagah berani langsung kepada saya, bahwa sampai saat ini hanya menjalankan perintah .

Karena saya bukan politisi, tentu saja saya tidak bisa menjawabnya secara politis juga. Saya hanya menjadi amat gelisah sebagai seorang anak, yang mendampingi Bapak secara intensif selama tiga tahun terakhir kehidupan Beliau. Hari-hari bersama yang membuat saya memahami beban nurani Bapak soal konflik .

Saya melihat sendiri, bagaimana sikap Bapak ketika datang ke rumah bersama mbak Rustini, istrinya. Bapak hanya menjawab pertanyaan mbak Rustini dan mendiamkan . Ini terulang di banyak ketika lain.

Bapak, misalnya, enggan menemui Lukman Eddy yang sudah sampai di Ciganjur. Tidak mau menemui. Sebagai orang yang blak-blakan dan mengingat bagaimana bersikap bahkan kepada “musuh-musuh” politiknya, respons Bapak saat itu, amat sangat jelas: tidak suka bertemu dengan mereka.

Tahun 2008, saat proses hukum versus , Bapak pernah mengalami stroke ringan, entah ke berapa sejak stroke hebat tahun ‘98. Bapak terjatuh saat dituntun ke kamar mandi oleh Sulaiman di kantor di pojok PBNU.

Saat saya tanya apa yang terjadi persis sebelumnya, Sulaiman bercerita bahwa Bapak sedang mendengarkan berita di TV tentang sidang di PTUN. Ada beberapa orang yang diinterview oleh media, dan mereka blak-blakan bicara lebih senang tidak di .

Mendengar jawabannya, Bapak berkomentar “Orang-orang ini saya yang bawa masuk politik. Kok tega ya mereka ngomongnya begitu tentang saya, Man?” Lalu Bapak minta diantar ke kamar mandi, dan jatuh pingsan di depan pintu kamar mandi. Kata dokter, stroke ringan akibat stres.

Puncaknya tentu saja ketika MA memutuskan gugatan ditolak, dan MA menyatakan yang sah adalah hasil Muktamar Semarang di mana Ketum adalah dan Ketua Dewan Syuro adalah Bapak.

Setelah keputusan itu, nyatanya tetap berkantor di Menteng, tidak di kantor asli yaitu di Kalibata tempat selalu datang. Setiap keputusan juga diambil sendiri, tidak melibatkan sebagai Ketua Dewan Syuro.

Puncaknya di pendaftaran DCS Pemilu 2009 yang dibuat sendiri oleh dan pengurusnya. Drastis menurunnya kesehatan Bapak setelah itu, sangat kami rasakan di Ciganjur. Sehebat apapun fisik Beliau sepanjang hidupnya, seperti kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tekanan psikologis yang hebat ini.

Dokter dari berbagai penjuru dunia memberikan respons yang sama atas catatan medis Bapak, “Ini pasien ajaib: dengan kondisi fungsi tubuh seperti ini, masih bisa bertahan begini. ”Kami tahu, hanyalah keajaiban itu yang sanggup menopang tekanan psikis, dan entah berapa lama. Itu sebabnya, Ibu sangat sulit untuk menerima perlakuan kepada Bapak, sampai saat ini.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video