Rakyatnya Anti Cina, Wali Kota ini Minta Maaf, Penduduk Kulit Putih Tinggal 40%, Dulu 90% | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Rakyatnya Anti Cina, Wali Kota ini Minta Maaf, Penduduk Kulit Putih Tinggal 40%, Dulu 90%

Editor: MMA
Minggu, 23 Mei 2021 06:42 WIB

Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Meski (AS) terkenal sebagai negara juara demokrasi (champion of democracy), tapi faktanya sikap rasis sangat tinggi. Banyak warga AS yang anti Cina. Mereka bahkan mengusir dan menganiaya warga Cina.

Celakanya, mereka kadang tak bisa membedakan antara ras Cina dan ras Asia lainnya. Akibatnya, warga Asia lainnya seperti Korea jadi korban penganiayaan dan pembunuhan.

Tapi Wali Kota Antioch yang dikenal sebagai wilayah pelarian pengikut Yesus atau orang Kristen ini minta maaf.

Kenapa? Silakan simak tulisan Dahlan Iskan, wartawan terkemuka, di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, Ahad pagi ini, 23 Mei 2021. Selamat membaca:


WALI KOTA ini bikin terobosan nasional. Di tengah banyaknya kejadian anti-Asia di Amerika. "Secara resmi kami minta maaf kepada para imigran Tionghoa di masa lalu," ujar Sang wali kota, awal minggu ini.

Itu kali pertama terjadi di negara bagian California. Bahkan di seluruh Amerika. Kota itu memang berada di California: kota Antioch. Dari San Francisco sekitar 30 menit bermobil ke arah timur.

Penduduk kota itu 110.000 orang. Sebagian besar bekerja di kota besar sekitarnya. Kota Antioch kini berstatus kota hunian semata.

Penduduk Tionghoa di kota ini pernah terhinakan luar biasa. Mereka mengalami kejadian yang amat pahit. Awalnya mereka dilarang terlihat di tengah kota –setelah pukul 15.00. Sampai keesokan harinya. Mereka sampai harus membuat terowongan bawah tanah. Agar tetap bisa bekerja. Lewat terowongan itu mereka berangkat dan pulang kerja. Terowongan itu menghubungkan perkampungan mereka ke perairan –tempat perahu-perahu membawa mereka ke tempat kerja. Umumnya mereka bekerja di pertambangan. Batu bara, tembaga, dan juga emas.

Di dekat kota Antioch itu memang ada tambang batu bara. Bekas tambang itu kini sudah menjadi bagian kota –disebut kawasan Berlian Hitam.

Dalam perkembangan berikutnya lebih parah lagi. Penduduk kulit putih di Antioch mengadakan demo. Lalu pawai keliling kota. Sambil meneriakkan tuntutan baru: agar semua orang Tionghoa diusir dari Antioch. Hari itu juga. Sebelum jam 15.00.

Penduduk Tionghoa pun meninggalkan kota itu. Tergopoh-gopoh. Pendemo lantas membakar perkampungan Tionghoa itu. Habis. Sampai rata dengan tanah.

Itu terjadi tahun 1850-an.

Traumanya panjang. Sampai 100 tahun kemudian tidak ada orang Tionghoa di Antioch.

Kini penduduk Antioch sangat beragam. Keturunan Asia mencapai 10 persen –mayoritas Tionghoa. Sisanya adalah Vietnam, Kamboja, Laos, Korea, dan Jepang.

Penduduk kulit hitam juga kian banyak. Mencapai 20 persen. Penduduk asli Indian-American 10 persen. Dan Hispanic sekitar 20 persen.

Penduduk kulit putih pun kini tinggal 40 persen. Padahal, dulunya, mencapai 90 persen.

Tapi sisa kebencian itu masih ada. Dua bulan lalu sebuah restoran milik Tionghoa dibakar. Ada orang meletakkan obor di depan pintu restoran. Untungnya tidak parah.

Tak lama sebelumnya dua orang Tionghoa dipukul dari belakang. Tanpa sebab. Di tempat terpisah. Yakni ketika orang Tionghoa tersebut lagi jalan kaki di pusat kota.

Dan yang seperti itu tidak hanya di Antioch. Juga di San Francisco. Di New York. Di Texas. Dan di mana-mana. Di seluruh Amerika.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video