Profesor Tani Indonesia Tak Kalah dengan Prof Tiongkok dan Amerika, Ini Penemuan Mereka | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Profesor Tani Indonesia Tak Kalah dengan Prof Tiongkok dan Amerika, Ini Penemuan Mereka

Editor: MMA
Rabu, 26 Mei 2021 06:27 WIB

Dahlan Iskan di lahan gandum di Amerika Serikat.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Dalam tulisan ini, Dahlan Iskan menampilkan tiga professor yang berjasa pada pengembangan . Yaitu Prof Yuan Long Ping Tiongkok China. Ia menemukan . Lalu Norman Borlaug . Ia menemukan gandum.

Yang terakhir, Prof Dwi Andreas Santoso, guru besar Institut Pertanian Bogor. Ia menemukan .

Nah, berarti Indonesia tak kalah dengan negara-negara maju. Tapi apa saja hasil temuan mereka? Silakan baca tulisan Dahlan Iskan, wartawan terkemuka ini, di Disway, HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com pagi ini, Rabu 26 Mei 2021. Selamat membaca:


TIDAK kurang-kurangnya diperjuangkan. Agar tokoh ini mendapat hadiah Nobel. Jasanya dianggap luar biasa. Terutama dalam menyelamatkan miliaran manusia dari kelaparan. Sampai ia meninggal pun, tiga hari lalu, perjuangan itu belum berhasil.

Itulah nasib Prof Yuan Long Ping. Yang di Tiongkok mendapat gelar ''Bapak Hibrida''. Berkat jasanya ditemukanlah padi bibit unggul. Profesor inilah yang menemukan cara meningkatkan produksi beras lewat hibrida.

Itu tahun 1964.

Ketika umurnya 34 tahun.

Minggu lalu, Prof Yuan Long Ping masih bekerja. Bahkan masih keliling di pulau Hainan. Di umurnya yang 95 tahun. Ia terjatuh. RS di Hainan mengirimnya ke Tiongkok daratan. Ke RS di Changsa. Dekat dengan rumahnya. Di ibu kota Provinsi Hunan itulah ia menetap. Di kota Changsa itu pula –kota kelahiran Mao Zedong– Prof Yuan meninggal dunia.

Meski lahir di Beijing, leluhur Prof Yuan berasal dari Jiujiang –kota kecil di pinggir sungai Jiangxi. Saya mengenal baik daerah-daerah yang saya sebut itu.

Saat Prof Yuan menemukan Tiongkok lagi dilanda kelaparan. Kelaparan yang sangat amat hebat luar biasa –maafkan kalimat itu salah tapi saya pakai untuk menggambarkan kehebatan kelaparan saat itu.

Kelaparan itu sendiri sebagai hasil program ''lompatan ke depan'' yang salah. Yang dilancarkan Pak Ketua Mao Zedong.

Tapi Mao sendiri melemparkan kesalahan itu pada kaum borjuis dan intelektual. Maka, untuk mengatasi kelaparan itu, Mao melancarkan revolusi kebudayaan. Semua orang kaya dan intelektual dipaksa ke desa. Bekerja di sawah. Yang menentang dikerangkeng. Termasuk Deng Xiaoping. Yang dipaksa bekerja sendirian di bengkel di desa dekat Nanchang. Tempat pembuangan Deng ini sekarang jadi museum. Bagus sekali untuk dilihat. Terutama bagi politisi yang lagi merasa disingkirkan.

Prof Yuan waktu itu berumur 34 tahun. Ia melihat kelaparan yang begitu hebat. Ia mengalami sendiri. Lalu berpikir bagaimana bisa mengatasi kelaparan itu.

Prof Yuan berhasil menemukan bibit unggul telo (sweet potato). Tapi telo dianggap bukan makanan pokok. Maka Yuan mengalihkan penelitiannya ke padi. Ditemukanlah pertama di dunia.

Ketika Mao jatuh dan Deng Xiaoping naik temuan Yuan dijadikan fokus mengatasi kekurangan pangan. Akhirnya Tiongkok swasembada beras.

Di saat yang sama, di Amerika, juga terjadi kekurangan pangan. Panen gandum gagal di seluruh negeri. Penyakit gandum merajalela. Musim kering juga sangat kerontang.

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video