Rombongan Gajah tanpa Mada Pergi, Kampus Represif? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Rombongan Gajah tanpa Mada Pergi, Kampus Represif?

Editor: MMA
Kamis, 01 Juli 2021 06:24 WIB

Dahlan Iskan

Tapi rombongan itu terus berjalan ke utara. Kali ini agak serong ke timur. Netizen yang secara live terus mengikuti perjalanan itu mulai khawatir: - itu mengarah ke kota. Yakni kota pegunungan, Yuxi. Yang berpenduduk 2,5 juta jiwa.

Polisi mulai dikerahkan ke kota Yuxi. Penduduk diingatkan untuk tidak mengganggu mereka. Biarlah mereka melangkah ke mana suka.

Benar, - itu masuk kota. Warga kota banyak yang nonton ke jalan yang akan dilalui –sesuai dengan arah di siaran langsung dari drone. Polisi menutup jalan kota yang dilalui . Seluruh negeri pun kian demam : ada sejumlah liar masuk kota. Petugas mengarahkan secara tidak langsung agar mereka meninggalkan kota.

Mereka pun terus menuju Utara. Memasuki pedesaan lagi. Pegunungan lagi. Tapi kalau rute itu ditarik terus ke Utara akan sampai ke kota besar: Kunming. Ibukota provinsi Yunnan. Hampir sebesar Jakarta. Dengan gedung pencakar langit lebih banyak dari Jakarta.

Apa jadinya kalau - itu masuk Kunming. Mengapa pula mereka ingin ke kota metropolitan. Akan kian banyak orang kota yang menontonnya secara langsung. Orang kota besar dikhawatirkan kurang bersahabat dengan binatang liar. Misalnya: jangan-jangan ada yang mencoba iseng memberikan McDonald's ke - itu.

Benar saja. Rombongan ini masuk kota Kunming. Gempar. Kian banyak yang menonton siaran langsung dari drone. Komentar-komentar di internet kian gila. -meme kian aneka macam.

Selamat. Tidak ada yang mengganggu mereka. Sepanjang pinggir jalan penuh dengan penonton kota. Tidak ada yang merasa terganggu. Tim pengawal ini memang membawa bertruk-truk penuh makanan . Barisan truk makanan itu terus mengawal barisan . Sambil mengarahkan mereka untuk meninggalkan kota Kunming.

Berhasil.

Mereka terus ke arah utara. Seorang wartawan mendekat ke . Wartawan itu mewawancarainya: ke mana tujuan akhir kalian? Tidak ada jawaban. Mengapa kalian meninggalkan hutan? Tidak ada jawaban.

Hari ke 16 mereka sudah meninggalkan kota Kunming. Masuk pedesaan. Masuk daerah pertanian. Naik pegunungan.

Salah satu di antara rombongan melahirkan di perjalanan ini. Anaknya selamat. Ibunya selamat. Sejak itu terlihat ada tiga bledug–anak – dalam rombongan itu.

Anak-anak itulah yang paling menarik penonton live. Misalnya ketika rombongan itu memutuskan untuk tidur. Ternyata mereka menempatkan anak di tengah dewasa. Bahkan terlihat ada anak yang akhirnya memilih tidur di atas dewasa.

Sampai kemarin masih belum tahu ke mana tujuan akhir mereka. Sudah 500 Km jarak tempuh perjalanan mereka. Hanya sedikit ada harapan: kemarin mereka mulai melengkung ke arah selatan lagi.

Di tengah harapan itu ada kejadian aneh: salah satu dewasa memisahkan diri dari rombongan. Jantan. Ia berjalan ke arah yang berbeda. Awak drone pun dibagi dua. Ada yang terus mengikuti pergerakan rombongan besar. Ada pula yang khusus mengikuti mufarraqah itu. Kini yang memisahkan diri itu sudah berada di 50 Km lebih jauh.

Sudah lebih sebulan mereka berjalan-jalan ke utara. Tetap tidak terjawab mengapa.

Padahal tidak ada kerusakan di taman nasional dekat Xi ShuangBanna. Pemerintah Tiongkok serius melindungi mereka. Bahkan memperbanyak jumlah mereka.

Di tahun 1980, jumlah liar di sana tinggal 170. Sekarang sudah menjadi 300 –tepatnya 297. Kalau yang lahir di perjalanan itu dihitung sudah tambah satu lagi.

Di utara taman nasional untuk ini adalah wilayah provinsi Sichuan. Di situlah panda dilindungi dan dibuat berkembang biak.

Di antara analisis ilmiah perjalanan ini, ada yang serius berpendapat: tidak tertutup kemungkinan mereka hanya salah arah saja. Itu akibat pemimpin mereka yang kurang pengalaman. (*)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video