KH Abdul Chalim, Ulama Besar, Pendiri NU yang Namanya Nyaris Tak Terdengar | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

KH Abdul Chalim, Ulama Besar, Pendiri NU yang Namanya Nyaris Tak Terdengar

Editor: MMA
Selasa, 10 Agustus 2021 16:31 WIB

M Mas'ud Adnan. foto: BANGSAONLINE.com

Nah, Kiai Asep inilah yang menjadi sumber utama tulisan saya tentang serial mulai hari ini.

Selain Kiai Asep saya juga menelusuri dokumen yang sangat minim. Selebihnya saya wawancara dengan sesepuh atau kiai di kampung saya di Kedung Sroko, Kelurahan Pacar Kembang, Kecamatan Surabaya. Kerena Kiai Abdul Chalim pernah tinggal di Kedung Sroko. Di belakang Fakultas Kedokteran Unair Surabaya. Tak jauh dari rumah saya. Sekitar 500 meter dari rumah saya.

(Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA. foto: BANGSAONLINE.com)

Di Kedung Sroko, Kiai Abdul Chalim sempat mendirikan sekolah. Sampai sekarang sekolah itu masih ada. Memang, salah satu ciri khas Kiai Abdul Chalim mendirikan sekolah.

Saya sempat mewawancarai Abah Nur, kiai kampung Kedung Sroko, sebelum ia meninggal sekitar dua tahun lalu. Semasa hidup, Abah Nur aktif menjadi imam di sebuah masjid di gang III Kedung Sroko.

Abah Nur mengaku tahu betul siapa Kiai Abdul Chalim karena bertetangga. Rumahnya hanya berjarak gang.

Menurut Abah Nur, Kiai Abdul Chalim aktif berdakwah dari rumah ke rumah. Namun dakwah Kiai Abdul Chalim tak hitam putih. Kiai Abdul berjualan sarung yang ditawarkan ke rumah-rumah.

Nah, saat bertamu dan menawarkan sarung itulah Kiai Abdul Chalim menyampaikan dakwahnya. Biasanya cukup lama. Maklum dialogis. Sampai berjam-jam.

Menurut Abah Nur, sebenarnya jualan sarung itu, hanya media untuk dakwah. Karena sarung itu dijual dengan harga sangat murah.

Saya belum tahu kenapa Kiai Abdul Chalim tinggal di Kedung Sroko. Tak jauh dari rumah saya sekarang. Tapi yang pasti, kawasan rumah saya (Kedung Sroko) memang kental dengan NU.

Bahkan banyak tokoh besar NU pernah bermukim di kawasan ini. Antara lain KH Achmad Sjaichu (Ahmad Syaikhu). Kiai Achmad Sjaichu pernah tinggal di Kedung Tarukan Surabaya. Juga tak jauh dari rumah yang saya tempati sekarang. Jarak dari rumah saya sekitar 500 meter.

Kiai Achmad Sjaikhu asli Surabaya. Kelahiran Ampel dan mengawali aktif di NU sebagai Ketua Ranting NU Karang Menjangan Surabaya.

Kiai Achmad Sjaichu kemudian mendirikan Yayasan Al-Hamidiah di Kedung Tarukan sebelum akhirnya pindah ke Dopok Jawa Barat. Hingga sekarang Yayasan Al-Hamidyah di Kedung Tarukan masih eksis. Ada beberapa anak belajar ngaji tiap hari.

Kiai Achmad Sjaichu kemudian popular sebagai pendiri organisasi Ittihadul Muballighin. Sekaligus menjadi ketua umumnya.

Maka wajar jika Kiai Abdul Chalim pernah tinggal lama di Kedung Sroko Surabaya. Karena Kedung Sroko memang kawasan NU.

Yang pasti, saya tahu Kiai Abdul Chalim pernah tinggal di Kedung Sroko dari Kiai Asep . “Saya tahu banyak kawasan itu,” kata Kiai Asep kepada saya.

Namun Kiai Asep tak pernah tinggal di Kedung Sroko. “Kalau kakak saya iya,” katanya.

Kiai Asep sejak kecil justru tinggal di Sidoarjo. Di sebuah Pondok Pesantren di Buduran Sidoarjo. Karena itu Kiai Asep banyak berkiprah di Pondok Pesantren Al-Khozini. Kiai Asep bahkan hingga sekarang masih menjabat sebagai Rektor Institut Agama Islam Al-Khoziny Buduran Sidoarjo.

Yang menarik, awalnya Kiai Asep tak pernah mau menunjukkan ke publik bahwa abahnya pendiri NU. Alasannya sederhana. Kondisi ekonominya pas-pasan. Bahkan miskin. Takut diterwakan orang. Takut dianggap ngaku-ngaku. (M Mas’ud Adnan/Bersambung)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video