Afghanistan di Bawah Taliban, Lepas dari Mulut Singa (Amerika) Diterkam Mulut Buaya (Tiongkok) | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Afghanistan di Bawah Taliban, Lepas dari Mulut Singa (Amerika) Diterkam Mulut Buaya (Tiongkok)

Editor: MMA
Minggu, 22 Agustus 2021 10:01 WIB

Foto: Disway

Sikap Tiongkok pun kian jelas. Saat negara-negara lain kini menekan Afghanistan, Tiongkok mengeluarkan pernyataan yang berbeda. "Seharusnya semua negara sekarang membantu Afghanistan. Bukan menekan," ujar jurubicara Kemenlu Tiongkok dua hari lalu.

Komentar Prof Jeffrey Sachs tadi pun dianggap pro Tiongkok. Komentar tadi diucapkan saat Prof Jeffrey diwawancarai CGTN TV. Itulah jaringan TV kabel berbahasa Inggris milik Tiongkok. Oleh Amerika, CGTN dianggap bagian dari corong propaganda komunis Tiongkok.

CGTN TV diizinkan punya jaringan di Amerika. Yakni sebagai imbal diizinkannya Bloomberg punya jaringan di Tiongkok. Ternyata CGTN juga sudah punya channel di Afghanistan. Namanya Oqaab Channel 31.

Kemiskinan itulah –bercampur dengan sikap beragama yang puritan– yang membahayakan. Apalagi kalau tidak ada harapan lagi dari mana dapat biaya untuk APBN mereka. Afghanistan dikelilingi negara miskin. Tidak punya laut. Dari mana Afghanistan bisa mendapat daya untuk keluar dari kemiskinan.

Pada 2015, Prof Jeffrey pernah meramalkan bahwa dunia akan bisa menghapuskan kemiskinan ekstrem di tahun 2025.

Kelihatannya ramalan itu meleset. Kecuali di Tiongkok.

Prof Jeffrey pernah merumuskan konsep pengentasan kemiskinan lewat bantuan pembangunan yang terencana. "Begitu negara miskin itu bisa mencapai anak tangga terbawa, mereka akan bisa naik tangga sendiri," katanya.

Memang, katanya, begitu banyak hambatan untuk mengentas kemiskinan. Termasuk di dalamnya budaya korupsi.

Prof Sachs adalah ahli yang ikut merumuskan program PBB yang terkenal di seluruh dunia, termasuk di Indonesia: MDGs –Millennium Development Goals.

Menurut Jeffrey negara maju sebenarnya mampu mengentas kemiskinan ekstrem di seluruh dunia. Yakni dengan hanya menyisihkan 0,7 persen kekayaan mereka.

Tapi negara kaya adalah para pemilik palu. Dengan sikap kebatinan mereka itu tadi: negara lain hanyalah seulir paku.

Sudah seminggu Taliban memegang kekuasaan. Tapi belum juga bisa menyusun pemerintahan. Saya sangat khawatir jalur komando pusat-daerah putus. Daerah dan kelompok pun bergerak sendiri-sendiri.

Sampai 31 Agustus mungkin masih tetap aman. Amerika masih terus bisa melakukan koordinasi dengan para pimpinan Taliban.

Koordinasi Amerika-Taliban itu diperlukan sampai seluruh pasukan dan warga Amerika meninggalkan Afghanistan.

Negara seperti Qatar dan Uni Emirat Arab sudah menyediakan diri sebagai tempat transit. Mereka diterbangkan dulu selama 2 jam ke tempat transit tersebut.

Sampai semua keluar dari Afghanistan.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video