Menakar Kesaktian Pancasila di Era Globalisasi | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Menakar Kesaktian Pancasila di Era Globalisasi

Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: .
Jumat, 01 Oktober 2021 09:53 WIB

A. Fajar Yulianto, S.H., M.H., C.T.L.

Belum lagi, perilaku-perilaku yang selalu mengungkit dosa pemimpin masa lalu dengan tidak introspeksi diri serta mawas diri, kerusakan generasi muda diserang dengan peredaran narkoba yang semakin menggila, praktik berdemokrasi pun harus bersuap membeli suara, hingga mencari keadilan di ruang sidang pun berbiaya, dan tidak sedikit berita praktik suap menyuap gratifikasi oleh oknum penegak hukum pun sudah sangat terbiasa.

Belum lagi, berbagai jenis aplikasi/media sosial sebagai pangung budaya yang sebenarnya banyak tampilan-tampilan budaya asing/kultur asing yang menyimpang dari nilai Pancasila dan budaya ketimuran.

Nah, jika demikian di mana nilai nilai Kesaktian Pancasila yang dikatakan sebagai pedoman falsafah dengan norma-norma luhurnya?

Inilah tantangan era globalisasi, dan digitalisasi yang benar-benar kita upayakan sebagai warga negara yang baik untuk dapat menetralisir dengan tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai filter utama untuk mempertahankan karakter/identitas Nasional Indonesia.

Menurut Toyanbee, identitas nasional ini merupakan ciri khas suatu bangsa yang di dalamnya terdiri dari local genius dalam menghadapi tantangan, dan respons. Jika tantangan besar dan respons kecil, maka bangsa akan punah, dan jika setiap tantangan direspons besar maka bangsa akan berkembang dan menjadi bangsa yang kreatif.

Dalam rangka mempertahankan nilai Kesaktian Pancasila agar tetap langgeng mendarah daging di era globalisasi dan digitalisasi, maka harus kita respons dengan daya upaya serta kekuatan yang besar tidak bisa diserahkan pada negara saja, tapi harus secara bersatu-padu bergotong-royong untuk saling mengupayakan di seluruh sendi-sendi kehidupan, lingkungan keluarga, dalam hal ini orang tua dalam mengarahkan anaknya, lingkungan masyarakat, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, hingga penggunaan media sosial secara sehat.

Upaya ini sejalan seperti halnya upaya preventif dari Kemenkominfo pada tanggal 18 Agustus 2021 lalu yang menggelar webinar literasi digital dengan tema “Kreatif lestarikan Nilai-Nilai Pancasila di Ruang Digital”.

Satriawan Salim, salah satu narasumber menyampaikan dengan tegas bahwa “Visi pendidikan di tanah air adalah mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri serta berkepribadian yang beraklak mulia”.

Artinya, Kesaktian Pancasila dapat dipertahankan hanya dengan perilaku gotong-royong dari semua elemen bangsa, upaya serentak mejalankan rechtschapen leven ieidde (tabiat budi luhur) dengan membiasakan budaya rukun saling membantu dan saling menolong, budaya kompak saling memperkuat satu dengan yang lain, budaya kerja sama yang baik, saling kerja sama, bekerja berdasarkan kompetensinya masing-masing dengan tujuan yang sama, budaya jujur mampu berkata benar, dan tidak berdusta.

Budaya amanah yaitu saling percaya dan menjaga kepercayaan dan budaya hemat yakni sikap sederhana tidak dalam pemborosan dalam arti mampu menata hidup dalam keseimbangan.

Maka inilah karakteristik/kepribadian-kepribadian yang harus dipertahankan. Demikian, akhirnya Pancasila Tetap Sakti sebagai identitas nasional Indonesia, dan Pancasila adalah final. (Penulis adalah Direktur YLBH. Fajar Trilaksana)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video