Blok Baru Pasca Covid-19, Ideologi Kebebasan Vs Pengendalian | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Blok Baru Pasca Covid-19, Ideologi Kebebasan Vs Pengendalian

Editor: MMA
Minggu, 03 Oktober 2021 09:09 WIB

Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com  - di Indonesia melandai. Alhamdulillah. Begitu juga di negara-negara lain.

Kini pasca , menurut wartawan kondang, Dahlan Iskan, justru terjadi blok-blokan. Apa itu? 

Simak tulisan berjudul asli Blok-Blokan di Disway, Minggu 3 Oktober 2021 pagi ini. Atau baca BANGSAONLINE.com yang menurunkan secara lengkap tulisan menarik itu. Namun khusus pembaca di BaBe, sebaiknya klik lihat artikel asli di bagian akhir tulisan ini. Sebab tulisan di BaBe banyak yang terpotong sehingga tak lengkap. Selamat membaca:

BISA jadi Indonesia akan berada di nonblok. Atau ikut salah satunya. Kita belum tahu. Kita memang masih harus bersyukur habis-habisan: pandemi Covid kita seperti tiba-tiba mengundurkan diri dari Indonesia.

Alangkah senangnya: tinggal 1.500-an kasus baru di Indonesia –sehari Jumat kemarin. Alhamdulillah. Puji Tuhan. Rahayu. Amitofo.

Di Malaysia, Filipina, dan Thailand juga sudah menurun meski masih di atas 10.000.

Bagaimana setelah ini?

Blok Barat sudah jelas: pilih jalan kebebasan. Yakni harus bisa hidup baru bersama Covid.

Norwegia sudah memulainya Minggu lalu: tanpa masker, tanpa vaksin baru, tanpa PCR, tanpa apa pun. Anda sudah tahu itu.

Singapura, pasti, ikut blok Barat. Anda juga sudah tahu itu. Kalau ada penduduknya yang merasa harus pakai masker pakai saja. Kalau mau PCR lakukan saja. Keputusan ada di masing-masing orang. Mereka juga mulai membebaskan kedatangan orang luar negeri tanpa prosedur Covid lagi.

Memang tidak langsung bebas. Ada tahapannya. Sebatas orang dari negara-negara Eropa dulu. Lalu dari negara-negara yang kasus Covidnya terkendali. Dan tentu, yang jangkauan vaksinasinya sudah di atas 80 persen.

Itu sebenarnya mirip saja dengan apa yang sebelum pandemi juga berlaku: rakyat dari negara tertentu dilarang masuk negara tertentu. Misalnya dalam hal Ebola. Banyak negara tidak mau menerima mereka yang dari negara terjangkit Ebola. Juga siapa pun yang baru saja mengunjungi wilayah terjangkit Ebola.

Tiongkok menempuh jalan lain: tetap harus lewat karantina. Siapa pun akan tetap diharuskan masuk karantina. Karantina akan menjadi ‘normal baru’ di Tiongkok.

Di semua kota besar di Tiongkok sedang dibangun gedung karantina manusia. Gedung itu seperti hotel tapi bukan hotel. Seperti rumah sakit tapi bukan rumah sakit. Seperti tempat rekreasi tapi bukan itu. Seperti arena olahraga tapi bukan juga.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video