Dua Tahun Bali Lumpuh, Kini Dibuka, Belum Ada Pesawat Luar Negeri Mendarat | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Dua Tahun Bali Lumpuh, Kini Dibuka, Belum Ada Pesawat Luar Negeri Mendarat

Editor: MMA
Senin, 18 Oktober 2021 10:42 WIB

Dahlan Iskan

Singapura memang mengikuti kebijakan Eropa: memberi pelonggaran pergerakan manusia. Toh yang sudah vaksinasi penuh (dua kali) sudah melebihi 80 persen. Dan angka baru penderita Covid itu tidak sampai membuat rumah sakit kewalahan.

Tentang Australia, Indonesia memang harus membicarakan lagi dengan pejabat negeri itu. Menteri Pariwisata Indonesia Sandiaga Uno mengatakan, masih akan bertemu Menteri Pariwisata Australia.

Sebenarnya kesempatan bertemu itu terbuka. Minggu lalu. Di Jakarta pula. Tapi Sandi Uno tidak tahu kalau yang ingin ia temui itu sebenarnya ada di Jakarta.

Kedatangan menteri Australia ke Jakarta hanya tercatat sebagai Menteri Perdagangan. Acaranya pun dengan Menteri Perdagangan Indonesia. Rupanya jarang yang tahu bahwa Menteri Perdagangan Australia itu juga sekaligus merangkap menteri pariwisata.

Mengapa belum ada luar negeri yang mendarat di?

Itu wajar saja. Tidak mungkin begitu dibuka langsung ada yang datang. Penerbangan internasional memerlukan persiapan yang panjang. Sampai pun harus melewati birokrasi slot penggunaan udara.

Tentu –dan Riau– diwajibkan menjalankan aturan karantina: 5 hari. Lamanya waktu karantina itulah yang masih jadi hambatan terbesar bagi para turis. Tapi Indonesia memang harus hati-hati. Apalagi peringatan kemungkinan datangnya Covid gelombang tiga di akhir tahun ini harus diperhatikan. Terutama oleh Riau –khususnya Batam dan Bintan. Kedatangan orang di pelabuhan laut bisa lebih rawan –jangan sampai pengawasannya lebih longgar.

Maka saya salut dengan pemilik ide ini: saatnya mengutamakan turis dari dalam negeri sendiri. Terutama bagi yang sudah vaksin dua kali dan yang hasil pemeriksaannya negatif.

Gubernur sendiri, Wayan Koster, tergugah untuk punya pikiran lain: harus mengurangi ketergantungannya ke turisme. Sektor itu telah membuat 50 persen ekonomi tergantung dari pariwisata. “Padahal praktiknya industri pariwisata itu lebih banyak menguntungkan investor luar,” ujar gubernur di suatu acara minggu lalu.

Tapi apa? “Bisa saja ekspor kerajinan,” katanya.

Anda sudah tahu: sektor pariwisata pernah menderita hebat setelah terjadi bom besar di sana. Tahun 2000 dan 2002. Tapi hanya tiga bulan. Setelah itu ramai lagi. Kali ini Covid-19 telah membuat pariwisata Bali lumpuh total hampir dua tahun.

Kita memang lagi bangga sekarang ini: sebagai negara berpenduduk 270 juta angka harian Covid-nya di bawah 1.000.

Rasa senang itu begitu meluap sehingga tidak terasa harga BBM naik. Anda beli bensin apa? (Dahlan Iskan)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video