Kisah Penderita HIV/AIDS di Bojonegoro yang Diasingkan Warga | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kisah Penderita HIV/AIDS di Bojonegoro yang Diasingkan Warga

Editor: Revol
Wartawan: Eky Nurhadi
Minggu, 29 Maret 2015 18:12 WIB

MA, penderita HIV/AIDS yang dikucilkan warga. (Eky Nur Hadi/BANGSAONLINE)

"Setelah keluarga tahu saya langsung disuruh pindah dari desa sini, warga lain juga nyuruh pindah. Tapi oleh perangkat desa tidak boleh dan disuruh tinggal disini saja (jauh dari pemukiman warga,red)," terangnya.

Ia mengakui jika saat di Surabaya itu menjadi pekerja seks komersil (PSK). Bahkan dia sudah lima tahun menjadi PSK tersebut. Sehingga penyakit yang dideritanya itu diduga tertular dari lelaki hidung belang yang pernah dilayaninya.

"Tinggal di Surabaya sekitar lima tahun, kemudian saya memiliki suami dan memiliki empat orang anak," katanya.

MA menceritakan kembali ke Bojonegoro ini dengan harapan bisa mendapat perhatian lebih baik dari Pemerintah setempat maupun dari pihak keluarga. Namun selama di rumah, dia justru kerap menjadi gunjingan warga. Sehingga dia jarang keluar rumah untuk berinteraksi dengan warga sekitar.

"Kalau keluar hanya mengantar anak bungsu saya ke sekolah PAUD, itupun saya menyendiri, karena warga takut," terangnya.

Berbagai usaha untuk bersosial dengan masyarakat sudah pernah dilakukan. Namun justru hal itu menjadi cambuk bagi dirinya. Bahkan saat ia mengajak berbicara dengan tetangganya tak pernah digubris. "Saya sadar diri, kemudian sekarang jarang keluar rumah," ujarnya lirih.

Untuk kehidupan sehari-hari, dia hanya bertumpu pada suaminya yang masih rutin mengirim uang sebesar Rp100.000 dua minggu sekali. Menurut MA, suaminya itu saat ini menjadi supir di daerah luar jawa.

Terpisah, Sekretaris KPA Bojonegoro, Jhony Nur Harianto mengatakan, penularan penyakit HIV/AIDS hanya bisa terjadi jika penderita melakukan hubungan seksual, kemudian bergantian memakai jarum suntik. Sehingga dia memastikan jika penyakit yang diderita MA itu tidak menular kepada warga lain kalau hanya bertatap muka maupun berbicara kepada MA.

"Kalau hanya interaksi biasa itu tidak bisa menular, kecuali berhubungan badan baru bisa menular. Saya harap masyarakat mengerti tentang ini agar korban (MA) tidak diperlakukan seperti ini (diasingkan,red) soalnya kasihan," terangnya.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video