Dongkrak Ekonomi Warga, Pemkot Surabaya Kembangkan Potensi Kampung Wisata Kue

Dongkrak Ekonomi Warga, Pemkot Surabaya Kembangkan Potensi Kampung Wisata Kue Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, saat berada di Kampung Wisata Kue Rungkut.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya tengah memaksimalkan potensi wisata yang ada di setiap wilayah perkampungan. Ini dilakukan untuk mendongkrak perekonomian warga, terutama pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Pahlawan. 

Salah satu skema yang tengah digarap berada di Kampung Wisata Kue di Jalan Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kalirungkut, Kecamatan Rungkut. , Eri Cahyadi, telah meresmikan kampung tersebut dan menjadikannya sebagai tonggak awal dimulainya pengembangan destinasi Kampung Wisata Kue Rungkut.

Baca Juga: Ramai Pengunjung, Kepo Market Sukses Gelar Bazar UMKM

"Insya Allah Kampung Kue ini menjadi tempat kulakan kue. Karena kampung kue ini tak hanya melayani Surabaya, tapi juga wilayah-wilayah penunjang, seperti Gresik, Sidoarjo, sudah banyak mengambil di sini," ujarnya, Selasa (8/2) lalu. 

Tak hanya sekadar peresmian, Eri juga menginginkan agar penataan dilakukan pada kampung ini agar semakin ciamik dan memantik wisatawan agar berbondong-bondong datang. Pembenahan pun dilakukan mulai dari paving, penerangan jalan umum (PJU), gapura, hingga saluran air. 

“Saya minta gapura diganti yang bagus, ada logonya kue. Kemudian paving juga dicopot beberapa dan diganti agar ada variasi warna. Jadi, kalau ada wisatawan yang datang jalannya nyaman,” kata .

Baca Juga: Khofifah dan Eri Cahyadi Kompak Hadiri Ta’dzim Maulid Nabi Muhammad SAW di GBT

Dalam kurun waktu satu bulan, Eri ingin penataan di Kampung Wisata Kue Rungkut tuntas. Oleh sebab itu, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup seperti dinas sumber daya air dan bina barga (DSDABM), dinas perumahan rakyat dan kawasan permukiman serta pertanahan (DPRKPP) hingga dinas perhubungan (Dishub) ikut terlibar. 

“Saya ingin menunjukkan bahwa ini adalah tempat yang representatif,” tuturnya.

Ia juga memiliki harapan besar terhadap pengembangan Kampung Wisata Kue Rungkut, seperti bagaimana kampung ini nantinya dapat membuka peluang kerja dan menjadi devisa bagi warga sekitar. Menurut Eri, warga di sana tak lagi memproduksi sendiri melainkan mempekerjakan warga sekitar ketika nanti sudah berkembang. 

Baca Juga: Mas Iin dan Eri Cahyadi Siap Sinergi Bangun Sidoarjo dan Surabaya

“Jadi ibu-ibu yang biasa membuat kue ini nanti hanya sebatas mengurusi manajerial. Itu yang ingin saya kembangkan," paparnya.

Apabila sebelumnya kampung ini hanya melayani pesanan mulai pukul 03.00-06.00 WIB, Eri menginginkan agar Kampung Wisata Kue Rungkut dibuka saat malam. Ia menilai, konsep wisata malam seperti Tunjungan Romansa dapat diaplikasikan ke kampung itu. 

“Jadi seperti Tunjungan Romansa, setiap malam ada kursi, ada mejanya. Kemudian ada suguhan penampilan musik. Itu yang saya harapkan di Kampung Kue ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Eri-Armuji Patut Waspada! Peluang Dipecundangi Kotak Kosong Kian Menguat, ARCI Beberkan Alasannya

Bahkan, camat dan lurah setempat diminta untuk menjalin mitra dengan warganya guna meningkatkan pendapatan pelaku UMKM Kampung Wisata Kue Rungkut. Eri mencontohkan, camat dan lurah menggunakan makanan produk Kampung Wisata Kue Rungkut untuk konsumsi ketika berkegiatan atau rapat.

“Jadi tugasnya camat, lurah, atau Kepala PD, jika ada kegiatan ambilnya di Kampung Kue,” tegasnya.

Skema pengembangan kampung wisata tak hanya digarap di Kampung Wisata Kue Rungkut. kini tengah menyiapkan sejumlah skema untuk mengembangkan kawasan perkampungan yang lain. 

Baca Juga: PDIP Ajak Warga Surabaya Lawan Kotak Kosong di Pilwali 2024

Sebab, wali kota menginginkan setiap kampung di Surabaya dapat menjadi objek destinasi wisata yang mampu mendongkrak perekonomian warga. 

“Surabaya dapat menjadi besar dan Kota Metropolitan tak lepas dari keberadaan sejarah kampung. Jadi kita tidak boleh melupakan sejarah kampung. Maka tugas kita adalah bagaimana setiap kampung itu memiliki ciri khas tersendiri," ucapnya.

Skema penataan di kampung dilakukan secara gotong-royong. Proses penataan ini melibatkan beberapa PD dan stakeholder terkait. 

Baca Juga: One Voice SMPN 1 Surabaya Raih Juara Dua Kategori Bergengsi di SWCF 2024

"Pada saat launching Kampung Kue kemarin yang berperan Dinas Kesehatan. Kenapa Dinkes? karena mereka mendampingi terkait izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT)," kata Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopumdag) Surabaya, Fauzie Mustaqiem Yos.

Selain pendampingan PIRT, sebelumnya Dinkes juga memberikan pelatihan kepada pengelola dan penjamah makanan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya hygiene sanitasi makanan. 

Tak lupa, strategi pemasaran melalui aplikasi E-Peken, juga tengah dimaksimalkan pemkot. Ini supaya produk warga Kampung Kue dapat merambah ke pangsa pasar yang lebih luas. 

Baca Juga: SWCF 2024 Jadi Ajang Kenalkan Seni dan Budaya Surabaya ke Kancah Internasional

"Jadi, kita sama-sama intervensi dari semua dinas," ucap Fauzie.

Ketika pemasaran produk UMKM melalui e-Peken sudah berjalan, menginginkan agar distribusi pesanan juga melibatkan warga atau pemuda sekitar. Menurut dia, upaya ini diharapkan agar seluruh warga di sana bergerak ekonominya. 

"Yang diinginkan pak wali kota itu ongkos kirimnya nanti jangan dikasihkan orang lain, bisa dikasihkan warga di sekitar atau misalnya Karang Taruna. Artinya, di situ jadi satu komunitas yang seatle," urai Fauzie.

Baca Juga: Dinilai Cederai Demokrasi, Ratusan Massa Deklarasi Coblos Kotak Kosong di Pilwali Surabaya 2024

Selain Kampung Wisata Kue Rungkut, skema pengembangan destinasi wisata juga sedang dimaksimalkan pada sektor lain, salah satunya dengan memaksimalkan manfaat keberadaan bangunan-bangunan monumental di Kota Pahlawan. Seperti kegiatan di Jembatan Suroboyo, UMKM di Kecamatan Bulak dan Kenjeran dilibatkan. 

"Sama juga ketika ada acara di Jembatan Sawunggaling, maka kita melibatkan UMKM Kecamatan Wonokromo," ungkap Fauzie.

Sementara itu, , Habib, menyampaikan bahwa sejak tahun 2009 pelaku UMKM di wilayahnya sudah melayani pedagang eceran yang tak hanya berasal dari Kota Surabaya. Sebanyak 71 UMKM di Kampung Kue bekerja mulai pukul 03.00-06.00 WIB dengan omzet rata-rata per hari Rp300 ribu-1 juta. 

"Dari 71 UMKM di Kampung Kue ini, sekitar 40 persen yang sudah memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha)," kata Habib.

Setidaknya, ada lebih dari sekitar 70 jenis variasi kue yang diproduksi di Kampung Wisata Kue. Menurut dia, seluruh kue yang diproduksi sudah melalui peninjauan Dinkes Surabaya dan memenuhi standar kelayakan makanan. 

"Control quality sudah dilakukan dinas kesehatan, baik terkait penjamahan, terkait halal dan kebersihan sudah layak dan memenuhi standar kelayakan makanan yang layak dimakan," ucap Habib.

Ketua Kelompok Kampung Wisata Kue Rungkut, Choirul Mahpuduah, merupakan merupakan sosok penggerak ekonomi ibu rumah tangga di Rungkut Lor. Gerakan itu diawali pemberdayaan ibu rumah tangga dengan menjahit kemudian merambah ke makanan. 

"Tahun 2005 awal saya mengajak menjahit, tetapi kemudian sebentar saja berjalan. Nah, masih di tahun 2005 kemudian mulai ke produksi makanan. Lalu tahun 2009 kita mulai memperkenalkan diri ke stakeholder, terkait kampung kue," kata Choirul.

Diawali dari satu hingga dua UMKM, lambat laun, jumlah ibu-ibu yang turut memproduksi kue semakin bertambah. Bahkan, kini ada sebanyak 71 pelaku UMKM di Kampung Wisata Kue yang menggerakan ekonominya di sektor tersebut. 

"Kalau sampai sekarang lebih dari 70 item kue variannya. Per UMKM itu bisa ada satu, dua hingga tiga varian kue," ucap Choirul.

Jika ada anggota baru, produksi kuenya harus berbeda. Sebab, Kampung Kue ini ke depan akan lebih fokus pada produk spesialisasi yang berarti setiap pelaku UMKM di Kampung Wisata Kue Rungkut memiliki produk khas tersendiri. 

"Misalnya, ada rumah produksi lemper, rumah brownies dan rumah pastel. Jadi kita arahnya nanti spesialisasi," ungkap Choirul.

Ia mengakui, perekonomian warga di Kampung Wisata Kue Rungkut kian meningkat dibanding dengan sebelumnya. Indikator itu ditandai dengan banyaknya warga yang terlibat dan indikator keberhasilan lain ditandai dengan jenjang pendidikan anak-anak pelaku UMKM di sana. 

“Jadi, warga bisa menyekolahkan anaknya, beli motor, bahkan bisa beli rumah di desa. Kemudian kue yang diproduksi sekarang tidak hanya kue tradisional, tapi juga kue-kue kering yang dijual di pesawat hingga pusat oleh-oleh Surabaya," urai Choirul.

Perempuan kelahiran Kediri itu menilai dengan diresmikannya Kampung Wisata Kue Rungkut, strategi wirausaha juga harus lebih berkembang dan dimodernisasi. Hal itu seiring pula dengan keinginan yang berharap warga di perkampungan, harus memiliki tekad dan keinginan untuk maju. 

"Kita harus punya strategi yang baru, itu yang diinginkan pak wali kota. Kalau dulu ibu-ibu bekerja sendiri, maka ke depan bisa meng-hire tenaga kerja. Jadi ibu-ibunya mungkin menjadi manajerial," ucapnya.

Ia mengaku bersyukur, Eri Cahyadi dapat meresmikan langsung Kampung Wisata Kue Rungkut. Baginya, keinginan itu telah menjadi cita-cita yang telah lama digagas oleh warga Rungkut Lor Gang II. 

Pihaknya berharap, wali kota melalui OPD terkait dapat terus memberikan bimbingan dan pendampingan kepada warga Kampung Kue. 

"Pak Wali Kota kesayangan warga Rungkut Lor dan Warga Surabaya pada umumnya, kami berharap jangan bosan-bosan memberi arahan kepada ibu-ibu warga Kampung Kue. Semoga selama satu bulan ini, progres pengembangan Kampung Kue benar-benar terwujud," tuturnya. (ian/mar/adv)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Emak-emak di Surabaya Kecewa Tak Bisa Foto Bareng Jokowi':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO