​Aktivis IPPNU, Usia 18 Tahun Nyai Lily Wahid Diusulkan Subchan ZE Jadi DPR

​Aktivis IPPNU, Usia 18 Tahun Nyai Lily Wahid Diusulkan Subchan ZE Jadi DPR Nyai Hj Lily Chodijah Wahid. Foto: sindonews.com

Lily Wahid tak setuju terhadap bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila itu karena cara pengumpulan sumbangannya yang dianggap tak benar menurut hukum agama. Karena memotong begitu saja gaji pegawai negeri sipil dan militer sebagai dana zakat.

Lahir pada 4 Maret 1948, Nyai Lily Chodijah Wahid ditinggal ayahnya, KH A Hasyim Wahid, pada usia lima tahun. Ia kemudian diasuh ibunya, Nyai Solichah, sebagai single parent, yang saat itu tengah hamil.

Kegemarannya berorganisasi membuat Nyai Lily Wahid berinteraksi dengan tokoh-tokoh nasional sejak usia remaja. Bahkan pada usia 18 tahun ia telah satu panggung bersama Husni Thamrin, tokoh muda penggerak massa yang sangat terkenal pada masa peralihan Indonesia.

Berkat kecerdasannya, selepas SMA ia diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Tapi sayang, ia hanya sampai tingkat III. Cita-citanya menjadi dokter tak kesampaian karena keburu menikah dengan Najamuddin Rosyidi yang masih terhitung pamannya pada tahun 1970.

(Nyai Solichah. Foto: ist)

Kuliahnya terpaksa berhenti karena terpaksa mengikuti sang suami, seorang tentara yang tempat tugasnya pindah-pindah. Mulai dari Ambon ke Surabaya lalu ke Cimahi.

Ketika di Surabaya, Nyai Lily Wahid sempat terbersit untuk meneruskan kuliahnya di Fakultas Kedoteran Universitas Airlangga (Unair). Saat itu ia diterima tapi harus mengulang dari lagi dari awal. Ia akhirnya tak kuliah lagi.

Sebagai keluarga pesantren, Nyai Lily Wahid sangat aktif melakukan dzikir dan wirid. Ia mewarisi ibunya, Nyai Solichah, aktif dan istiqamah mengamalkan amalan-amalan sunnah. Salat malam, dzikir dan membaca al-Quran menjadi kebiasaan rutin kesehariannya. 

Bahkan surat Kahfi dan Yasin bagian dari bacaan wajibnya tiap hari. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO