Kapolda Baru Jatim, Irjen Teddy, Ayah Madura, Bukan Kelompok Sambo, Perang pada Judi

Kapolda Baru Jatim,  Irjen Teddy, Ayah Madura, Bukan Kelompok Sambo, Perang pada Judi Irjen Teddy Minahasa Putra. Foto: instagram

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Kapolda Jawa Timur yang baru, Irjen , menarik perhatian publik. Maklum, perwira tinggi berusia 51 tahun itu dikenal pintar dan berprestasi. Bahkan tulisan tentang Irjen Teddy di BANGSAONLINE.com sejak kemarin paling banyak dibaca publik.

Karirnya juga moncer. Tapi sempat “tersisih”. Ia disebut-sebut bukan kelompok Ferdy .

Banyak orang mengira ia orang Sulawesi, karena namanya ada Minahasa Putra-nya. Ternyata ayahnya orang Madua dan ibunya Tionghoa. Bahkan orang tuanya tinggal di Pasuruan.

Benarkah? Baca saja tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di HARIAN BANGSA pagi ini, Rabu 12 Oktober 2022. Atau di BANGSAONLINE.com di bawah ini.

KAPOLRESTA Malang itu kini jadi kapolda Jatim yang baru. Ini seperti tidak ada hubungan dengan tragedi Kanjuruhan tapi justru bisa nyambung.

yang baru ini mau tidak mau harus cuci piring di Malang. Cuci piring besar-besaran. Termasuk sampai harus melakukan penyembuhan luka yang mendalam di sana. Cuci piringnya lahir batin.

Irjen Pol , kapolda Jatim yang baru, harusnya mampu mengerjakan tugas beratnya itu. Ia paling pintar di angkatannya di Akpol. Ia tahu Malang luar dalam. Sampai ke budaya Ngalam-nya. Ia pernah jadi kapolresta Malang di tahun 2011. Ia juga pernah menjadi ajudan Wapres Jusuf Kalla di tahun 2014. Lalu jadi staf ahli wapres.

Memang, setelah itu Jenderal Tedy agak tersisih. Ia ''hanya'' jadi wakapolda Lampung. Lantas kapolda Banten. Lalu kapolda Sumbar. Ia hebat tapi belum juga dapat posisi sebagai kapolda kelas utama. Ia memang bukan kelompok Jenderal . Baru kali ini, setelah dibersihkan, ia mendapat tempat di Polda yang kelas A: Jatim.

Jenderal Tedy berumur 51 tahun. Bulan depan, 23 November, hari ulang tahunnya.

Menjadi kapolda Jatim bagi Tedy ibarat ''pulang kampung''. Ayahnya, Madura. Ibunya, Tionghoa muslim, tinggal di Pasuruan. Hanya saja ia lahir di Sulawesi Utara. Yakni saat orang tuanya merantau ke sana. Itulah sebabnya ada ''Minahasa Putra'' di bagian belakang namanya.

(Irjen dan istrinya, Merthy Kushandayani. Foto: Istimewa/instagram)

Saya sempat mengamatinya saat ia jadi kapolda Sumbar. Ia berhasil menangani gejolak besar tambang emas liar di sana. Kemampuan komunikasinya sangat baik. Setelah terjadi peristiwa , ia mengadakan apel di Polda Sumbar. Ia wanti-wanti anak buahnya.

"Berhati-hatilah melaksanakan tugas. Jangan gegabah. Jangan pamrih. Kalau ingin kaya jangan jadi polisi. Polisi itu pengabdian," katanya.

"Kerjalah dengan baik. Jangan berorientasi cari duit di sini. Asal kerja dengan baik rejeksi itu mengikuti," katanya.

"Jangan lagi ada yang jadi backing kejahatan, backing tokoh di balik peristiwa kejahatan. Masih banyak lahan lain yang lebih halal dan mulia. Yang lebih terhormat. Yang tidak merendahkan martabat Polri," katanya.

"Maka saya nyatakan perang terhadap judi," tegasnya.

Tentu kata-katanya itu masih berlaku untuk jabatan barunya sebagai kapolda Jatim. Soal judi, di Jatim, lebih relevan dengan ucapannya itu. Di Sumbar rasanya tidak banyak jagoan judi. Di Jatim? Anda sudah tahu: salah satu konsorsium 313 ada di Surabaya.

Tapi tugasnya untuk cuci piring di Malang akan jadi prioritas yang tidak bisa ditawar. Terutama dalam menyembuhkan luka yang dalam di sana. Perlu ada gerakan penyembuhan psikologi masyarakat secara masal.

Lihat juga video 'Akhirnya, Putra Kiai Jombang Tersangka Pencabulan Santriwati Serahkan Diri ke Polda Jatim':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO