Mengunjungi Masjid Hijau Kota Bursa Turki, Unik, Inilah Ritual Dzikirnya

Mengunjungi Masjid Hijau Kota Bursa Turki, Unik, Inilah Ritual Dzikirnya Fakhruddin al-Razi (kiri), imam Masjid Hijau di kota Bursa Turki bersama Prof Dr KH Imam Ghazali Said, MA. Foto: dok. pribadi

KOTA BURSA, BANGSAONLINE.comTurki termasuk negara populer karena pernah jadi negara sangat sekuler saat dipimpin perwira militer Mustafa Kemal Ataturk. Kini Turki dipimpin Resep Tayyip Erdogan.

Bagaimana kondisi Turki sekarang? Terutama kondisi masjid-masjidnya? Benarkah jamaah di masjid-masjid ber jahr layaknya warga NU di Indonesia?

Baca Juga: Skema Murur, Mabit di Muzdalifah Wajib atau Sunnah Haji? Ini Kata Prof Kiai Imam Ghazali Said

Silakan ikuti tulisan Prof Dr , MA, pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya yang juga pengaruh Rubrik Tanya Jawab Islam di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com itu. Kiai Imam Ghazali Said kini sedang berada di Turki bersama rombongan dan menyempatkan menulis untuk pembaca HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com . SALAM REDAKSI.

Perjalanan hari kedua, 3 Desember 2022, kami mengunjungi kota Bursa. Bursa adalah kota besar penting Turki Modern keempat, setelah Ankara, Istanbul dan Izmir. Kota pegunungan yang berjarak 200 km ke arah timur dari Istanbul International Airport ini secara historis adalah kota terpenting. Mengapa?

Baca Juga: Minta Kebijakan Murur Dievaluasi, Prof Kiai Imam Ghazali: Hajinya Digantung, Tak Sempurna, Jika...

(Prof Dr dan keluarga di depan . Foto: istimewa)

Karena Bursa adalah kota pertama dari negeri Anatolia (Romawi Timur) yang ditaklukan oleh Osman Ghazi (1258-1324), pendiri khilafah Osmaniyah atau populer dengan Ottaman Empire. Ia berkuasa sejak 1299 sampai wafat. Untuk mengenang jasa-jasanya namanya diabadikan sebagai nama jembatan sepanjang 2,5 km yang menghubungkan antara Istanbul dan Bursa. Nama universitas dan kawasan-kawasan indah juga memilih nama Osman Ghazi.

Baca Juga: Istri Tak Penuhi Kebutuhan Biologis, Saya Onani, Berdosakah Saya?

Di antara situs penting di kota Bursa adalah MASJID HIJAU (GREEN MOSQUE) yang dalam bahasa Turki: Yasil Camii. Masjid ini dirancang dan dibangun 1419 atas prakarsa Sultan Mehmed I dan diresmikan sekaligus digunakan pada 1421. Ini, kebetulan bersamaan tahun dengan dibangun dan diresmikannya Masjid Agung Sunan Ampel oleh Sayyid Ali Rahmatullah.

Masjid ini tergolong unik dan indah, karena terletak di kawasan pegunungan yang tentu tanahnya tidak rata. Masjid hebat ini dirancang oleh arsitek pilihan Sultan Mehmed 1 bernama: Haci Ivaz Pasha.

Secara global lantai masjid yang menghadap ke utara dan arah salatnya menghadap ke selatan ini terdiri dari 3 bagian. Pertama, bagian depan (paling selatan) yang terdiri dari mihrab, mimbar dan kawasan sekitar 9 saf makmum yang salat. Lantai ini sekitar satu meter lebih tinggi.

Baca Juga: Rencana Nikah Tak Direstui karena Weton Wanita Lebih Besar dan Masih Satu Buyut

Kedua, lantai di belakangnya yang lebih rendah 1 meter dari lantai pusat, memuat 9 saf salat.

Ketiga, kawasan lebih rendah 0,5 meter dari lantai kedua, memuat sekitar 9 saf salat. Maka andaikan masjid ini penuh, akan memuat 9 × 3 × 1saf = 27 saf makmum.

Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Perpustakaan Khofifah, Prof Kiai Imam Ghazali Berharap seperti Al-Azhar Mesir

(Mihrab dan mimbar yang unik  Masjid Hijau di Kota Bursa Turki. Foto: dok. pribadi)

Tiga lantai "bertangga" ini hanya untuk jamaah laki-laki. Sedang untuk jamaah perempuan, salat di lantai samping, di kanan-kiri lantai tengah. Antara lantai tengah dengan lantai untuk jamaah perempuan, ditutup dengan tembok. Untuk masuk ke lantai kiri kanan dibuat 3 ruang terbuka, dengan lantai utama paling selatan. Inilah uniknya yang tak kita temukan di masjid-masjid lain.

Pada bagian belakang (utara) di buat lantai 2. Pada lantai 2 dibuat semacam 2 balkon berjendela yang dibuat dengan ornamen pahatan model sarang laba-laba dengan bahan marmer putih yang sangat indah. Dua balkon ini, menurut guide wisata Abd Jalal, adalah tempat istirahat Sultan istirahat Sultan Mehmed 1 dan keluarga, sebelum atau sesudah mereka lsalat jamaah.

Baca Juga: Kuliah di Luar Negeri itu Gampang, Tinggal Pilih, di Turki atau Thailand

Mihrabnya yang tingginya sekitar 10 meter, dihiasi kaligrafi Arab yang sangat indah di atas kramik dengan warna dasar yang serba hijau. Lukisan murni manual itu adalah "kehebatan" kreasi pelukis abad ke 15. Seluruh tembok bagian depan, belakang, samping kanan dan kiri penuh kaligrafi dengan ornamen selingan bunga-bunga khas keindahan masa dinasti Ottoman.

Minbarnya diletakkan menempel ke tembok paling kanan. Model mimbarnya mungkin mengembangkan model mimbar sederhana pada era Rasulullah SAW dengan pintu pada bagian depan. Mimbar ini memiliki 9 tangga dan 1 tangga untuk tempat duduk khatib. Di atas tempat khatib ini dibuat kubah lancip khas Turki yang diberi warna hijau.

Keindahan masjid ini dilengkapi dua menara kembar setinggi 20 meter. Kemungkinan mengadopsi model keindahan menara yang sudah umum digunakan dalam bangunan-bangunan penting kekaisaran Romawi. Dua menara ini memilih warna coklat dan putih.

Baca Juga: Pembubaran Pengajian di Surabaya, Prof Kiai Imam Ajak Bagi Tugas Dakwah, Syafiq Basalamah Wahabi?

Masjid ini dilengkapi tempat wudu terbuka untuk laki-laki, dalam bentuk melingkar dan diberi atap model kubah yang sangat artistik, terletak di halaman masjid bagian depan. Sedang tempat wudu untuk perempuan tertutup. Toilet itu diletakkan pada bagian masjid sebelah belakang (utara) dekat pintu gerbang masjid di sebelah kiri.

Masjid ini memiliki "halaman sederhana" melingkari bangunan masjid yang tak begitu luas, dipenuhi pepohonan yang rindang. Juga disediakan tempat duduk yang membuat nyaman para pengunjung.

Kami ikut salat Asar berjamaah di masjid indah ini. Imamnya berpakaian resmi dengan jalabiyah dengan kopyah torbus berwarna merah yang diikat serban putih. Usai salat ada yang memimpin zikir jahr (mengeraskan suara-Red). Tetapi jamaah hanya mendengar, tak menirukan.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Mintakan Ampun Dosa dan Nyekar Makam Orang Tua Non-Muslim?

Kemudian imam membaca beberapa ayat al-Qur'an dengan suara merdu dan jamaah secara khusuk mendengarkannya. Usai baca al-Qur'an, imam memimpin doa sekitar 1 menit dan diamini oleh makmum.

Usai zikir saya berkenalan dengan sang imam. Ternyata beliau bernama Fakhruddin al-Razi. Nama yang diambil dari nama besar pengarang kitab Tafsir inseklopedis: Mafatihul Ghayb. Setelah saya memperkenalkan nama: Imam Ghazali Said, sepontan beliau berucap; wah... nama Anda lebih hebat dari nama saya. Saya kalah, ucapnya merendah.

Celik Place Hotel, kamar 352, Bursa Turki, 4 Desember 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO