Erick Thohir, Gus Dur, dan Salam NU

Erick Thohir, Gus Dur, dan Salam NU Dahlan Iskan

SURABAYA, BANGSAONLINE.com Peristiwa salah ucap Menteri BUMN saat sambutan sebagai Ketua Panitia di   jadi viral terutama di kalangan kiai NU. Padahal sebenarnya sepele. Salah itu manusiawi. Bukankah semua manusia punya potensi salah. Apalagi salam penutup NU " " itu memang sulit dilafalkan.

Peristiwa itu menjadi tak sederhana karena menjelang 2024. Apalagi Erick - yang belum lama tercatat sebagai “Kader Banser” – santer disebut sebagai cawapres.

Baca Juga: Jokowi Resmikan Smelter Grade Alumina, Erick Thohir Paparkan Dampak soal Impor Alumnium

Tapi benarkah sendiri tak pernah memakai salam penutup ?

Nah, tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE ini menarik dinikmati sambil ngopi. Selamat membaca: (PENGANTAR REDAKSI HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE)

KALIMAT penutup salam ala NU itu memang sulit diucapkan. Pun oleh tokoh Banser seperti yang menteri BUMN. Seperti yang terlihat saat ketua panitia itu menutup sambutannya di puncak acara satu abad NU Selasa lalu.

Baca Juga: Peringati Hari Jadi Kabupaten Pasuruan, Barikade Gus Dur Gelar Karnaval Akbar

Dan itu disengaja.

Oleh penemunya.

Tujuannya: agar yang bukan NU-asli tidak mudah mengucapkannya. Begitulah menurut ensiklopedia NU.

Baca Juga: Mengingat Kembali Deklarasi Ciganjur, Pentingnya Menjaga Konstitusi dan Kedaulatan Rakyat

Dulu, NU punya ciri khas tersendiri dalam menutup salam. Yakni memasukkan kalimat billahi taufiq wal hidayah. Itu diucapkan sebelum salam penutup wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang menciptakan kalimat tambahan penutup itu orang Kendal. Tokoh NU setempat. Kiai besar di sana. Imam masjid agung dekat alun-alun Kendal. Namanya: KH Ahmad Abdul Hamid. Beliau meninggal tahun 1998.

Kalimat tambahan itu lantas sangat populer. Sampai dipakai oleh siapa saja di luar lingkungan NU. Rasanya lebih terlihat Islam kalau salamnya didahului kalimat tambahan tersebut.

Baca Juga: Kiai NU Bela Habaib, Air Susu Dibalas Air Tuba

Maka pihak-pihak yang ingin terlihat lebih Islam menggunakan kalimat tambahan itu. Secara politik Golkar sangat ingin terlihat dekat dengan Islam. Maka kalimat tambahan itu sangat populer di pidato-pidato tokoh Golkar saat itu. Apalagi banyak tokoh Islam berada di Golkar.

NU pun seperti merasa ''kecurian''. Apalagi NU saat itu lebih dekat ke PPP dengan lambang Kakbahnya. Kiai Ahmad Abdul Hamid pun merasa masygul: kalimat tambahan itu tidak lagi khas NU.

Maka beliau menciptakan kalimat tambahan baru. Untuk menggantikan billahi taufik wal hidayah yang sudah milik Golkar atau Muhammadiyah. Dan kalimat baru itu memang lebih sulit diucapkan bagi lidah yang tidak akrab dengan bahasa Arab.

Baca Juga: Ziarah ke Makam Pendiri NU, Khofifah: Gus Dur dan Gus Sholah itu Guru Saya, Beliau Sosok Istimewa

Cobalah Anda mengucapkannya: wallahul muwafiq . Sulit kan?

Tapi bagi orang pesantren sama sekali tidak sulit. Maka jadilah kalimat tambahan itu ciri khas NU yang baru. Siapa yang menutup salam dengan tambahan kalimat itu pastilah ia NU. Yang tidak mengucapkannya berarti Muhammadiyah atau yang lain.

Tapi sejarah rupanya bisa terulang. Kini kalimat sulit itu mulai dihafal siapa saja. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, yang PDI-Perjuangan, sangat fasih mengucapkannya.

Baca Juga: Kesepakatan Gus Dur-Kiai Hasyim Muzadi soal Hubungan PBNU dan PKB

Akankah kalimat baru itu akan senasib dengan billahi taufiq wal hidayah? Rasanya begitu. Terutama karena suara NU di pemungutan suara Pemilu dianggap sangat penting. Orang mulai ingin terlihat lebih NU dengan mengucapkannya.

Itu sudah mirip dengan tokoh-tokoh PDI-Perjuangan harus membuka salam dengan pekikan heroik: ''M e r d e k a!''. Sampai tiga kali.

Kapan kalimat baru khas NU itu mulai dipakai?

Baca Juga: Pj Gubernur Jatim Bangga kepada Timnas yang Juarai Piala ASEAN U-19 Boys’ Championship 2024

Mas'ud Adnan, tokoh NU Jatim, mengatakan sudah lupa kapan pertama menggunakannya. "Saya terpengaruh oleh teman-teman ," ujar Pemimpin Redaksi Harian Bangsa itu.

Menurut Mas'ud, anggota -lah yang paling gencar menggunakannya. adalah organisasi mahasiswa NU.

Setahu Mas'ud, sendiri tidak pernah menggunakan kalimat tambahan itu. "Sampai saya ketularan tidak pernah menggunakannya," katanya. "Baru belakangan saya terpengaruh teman-teman ," tambahnya.

Baca Juga: Forkopimda dan Ribuah Jemaah Antusias Ikuti Polresta Sidoarjo Berselawat dan Ceramah Kebangsaan

juga tidak pernah menggunakan kalimat tambahan yang lama. Terutama, guraunya, sejak kalimat itu dipinjam oleh Golkar dan tidak pernah dikembalikan. (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sensasi Naik Kapal Cepat ke Pulau Sabang, Perjalanan Jurnalistik CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO