PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Khofifah mengaku kagum dengan perpaduan nuansa spiritual dan kultural yang ada di Masjid Jamik Tegalsari, Ponorogo. Ia mengungkapkan hal tersebut saat menjelajahi masjid legendaris di Jawa Timur dalam rangkaian Safari Ramadhan tahun ini.
“Masjid Jamik Tegalsari ini menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Bahkan Masjid ini juga tercatat sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Undang-undang RI No 5 Tahun 1992. Dari bangunannya kita bisa lihat bahwa nuansa Budaya Jawa sangat kental. Dan ini menjadi salah satu masjid bersejarah di Indonesia,” paparnya saat berada di sana, Senin (3/4/2023) malam.
Baca Juga: Khofifah: Tahun Baru Jadi Momentum Refleksi, Waspada Cuaca Ekstrem saat Liburan
Masjid Jamik Tegalsari merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18 oleh Kyai Ageng Muhammad Besari. Beliau adalah seorang ulama kondang yang menyebarkan agama Islam di Ponorogo dan sekitarnya. Berdasarkan referensi yang tertulis di website Disbudparpora Ponorogo, sosok Kyai Ageng juga berperan dalam babat Desa Tegalsari dan mendirikan pesantren Gebang Tinatar atau Pesantren Tegalsari.
Sejumlah tokoh seperti Susuhunan Pakubuwono II (Raja Surakarta), Ronggowarsito (pujangga/sastrawan Jawa), Kyai Abdul Manan Dipomenggolo (pendiri Pesantren Tremas Pacitan) pernah menuntut ilmu sebagai santri maupun mendapatkan pengaruh dari Tegalsari. Bahkan H.O.S Tjokroaminoto, serta Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan keturunan dari silsilah Kyai Ageng Muhammad Besari.
Kyai Ageng Muhammad Besari memiliki silsilah keturunan dari Majapahit dan dari Nabi Muhammad SAW. Dimana keturunan Majapahit berasal dari ayahnya yakni Ki Ageng Anom Besari atau Ki Ageng Grabahan dari Dusun Kuncen, Caruban Madiun. Sedangkan keturunan Nabi Muhammad SAW didapat dari ibunya yakni Nyai Anom Besari atau Nyai Ruqiyah yang nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.
Baca Juga: Khofifah Raih Penghargaan dari Kementerian PPPA di Puncak Peringatan Hari Ibu 2024
Kentalnya unsur budaya Jawa pada masjid ini diperkuat dengan 36 tiang kokoh dari kayu jati tanpa paku (dikuatkan menggunakan pasak berupa kayu). Jumlah tiang mengandung arti jumlah wali/wali songo (3+6=9) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dan atap berbentuk kerucut mengambarkan keagungan Allah SWT.
Tidak hanya itu, kubah masjid terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Dilansir dari laman warisan budaya Kemendikbud, kekunoan arsitektur Masjid Tegalsari di samping dapat dilihat dari konteks dan keletakan, juga dari unsur fisik masjid yang lain, seperti adanya pagar keliling yang mengitari kompleks masjid.
Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan
Pagar keliling ini mempunyai arti memisahkan daerah yang sakral dan propan. Halaman masjid terbagi menjadi tiga yang masing-masing mempunyai arti atau tingkat kesakralan yang berbeda. Bagian yang paling sakral adalah mulai dari serambi hingga ruangan masjidnya
Menurut Khofifah, keberadaan masjid Jamik ini erat kaitannya dengan sejarah dakwah Islam di masa itu. Dimana Tegalsari memiliki nilai sejarah dan semangat dakwah Islam yang besar. Sosok Kyai Ageng Muhammad Besari juga memiliki peran yang kuat.
Beliau pula yang mendirikan Pondok Pesantren Tegalsari. Ribuan orang santri konon yang belajar di pesantren ini.
Baca Juga: Khofifah: Kasih Ibu Sepanjang Masa, Hormatilah dan Berbaktilah Selagi Ada
“Kiai Besari memberikan ilmu syariat, akidah, tasawuf atau akhlak, hingga kesenian Jawa, khususnya sastra. Beliau zuriahnya (keturunannya) Subhanallah dari orang yang sholeh dan sholehah. Beliau bisa memberseiringkan bagaimana menjadi ulama dan jadi umarah. Kedalaman keilmuannya luar biasa," katanya.
Komplek Masjid Tegalsari ini terdiri dari tiga bagian yaitu Dalem Gede merupakan kerajaan kecil yang dulunya merupakan pusat pemerintahan. Kemudian sebuah masjid serta komplek makam Kyai Ageng Muhammad Besari.
Usai Sholat Tarawih, Gubernur Khofifah bersama Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dan beberapa Kepala OPD Pemprov Jatim melakukan ziarah ke Makam Kyai Ageng Muhammad Besari yang berlokasi di lingkungan Masjid Jamik Tegalsari.
Baca Juga: Peringatan HKSN 2024, Khofifah Ajak Masyarakat Perkuat Solidaritas Antar Sesama
Kyai Ageng Muhammad Besari berasal dari Caruban, Madiun, Jawa Timur. Beliau wafat pada tahun 1773. Haulnya, diperingati tiap tahun pada bulan Dzulkaidah tahun Hijriah di Masjid Jamik Tegalsari, Jetis, Ponorogo.
Makam Kiai Ageng Muhammad Besari ini menjadi salah satu wisata religi yang banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tidak hanya datang dari wilayah Ponorogo saja, tapi juga banyak peziarah yang datang dari luar kota.
Tidak hanya ziarah, Gubernur Khofifah juga bersilaturahmi dengan jama'ah sholat tarrowih dan membagikan beras kemasan @3 kg kepada para jama'ah usai sholat tarawih. Kepada para jama'ah, Gubernur Khofifah mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian dari Safari Ramadhan yang dilakukan ke berbagai masjid legendaris di Jawa Timur.
Baca Juga: Antusias Siswa Rejoso Sambut Bantuan dari Khofifah Pascabanjir
"Sebelum kesini saya telah ke berbagai masjid legendaris mulai Masjid Jamik Gresik, Masjid Agung Tuban, dan kemarin ke Masjid Jamik Panembahan Somala Sumenep juga masjid Sewulan Madiun. Masjid-masjid yang saya datangi sangat indah dan penuh dengan sejarah keislaman dan budayanyang kuat," katanya.
"Safari Ramadhan ini juga menjadi bagian mantasharrufkan zakat dari para muzakky yang diamanahkan melalui Baznas Jatim. Maturnuwun para muzakky dan terimakasih para mustahiq. Semoga semua sehat, amal ibadah kita diterima Allah SWT dan semoga Allah pertemukan kita semua dengan Lailatul Qadar, Amin, " tutupnya. (dev/mar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News