Anggota DPD RI Dapil Jatim, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia.
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Anggota Komite III DPD RI Dapil Jatim, Lia Istifhama atau yang akrab disapa Ning Lia, menyebut kolaborasi lintas negara menjadi kunci dalam menjawab tantangan modern, terutama mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan nilai kemanusiaan universal.
Hal tersebut merupakan respons terhadap International Webinar STAI Taruna Surabaya bertajuk 'The Role of Southeast Asian Muslim Civilization and the Acceleration of International Collaboration' yang berlangsung pada 21-22 November 2025 secara virtual melalui Zoom meeting.
"Webinar ini juga menghadirkan narasumber dari Malaysia seperti Muhammad Ali Mukhtar Bin Abu Bakar serta Jefry Bin Fadzil yang mengulas posisi strategis komunitas Muslim Asia Tenggara sebagai motor penggerak harmoni global," kata Ning Lia melalui keterangan tertulis yang diterima pada hari ini, Minggu (23/11/2025).
Ketua Yayasan Universitas Taruna Surabaya itu menyatakan, dunia akademik perlu memperkuat kerja sama dan memperluas jangkauan riset agar nilai-nilai Islam dapat memberi jawaban terhadap kompleksitas zaman modern.
"Kegiatan berlanjut pada Sabtu, 22 November 2025 dengan mengangkat tema percepatan inovasi dan dampak sosial dalam kerja sama internasional," ujarnya.
Ketika menjadi pemateri, peraih Anugerah Figur Akselerator Kemajuan pada ajang detikJatim Awards 2025 ini juga menegaskan pentingnya peran pemuda sebagai agen perubahan yang mampu beradaptasi, dan inovatif menghadapi era digital dan tantangan global.
Putri KH. Masykur Hasyim itu menilai, pemuda Indonesia kini mencapai angka 64,22 juta jiwa berdasarkan data BPS 2024. Jumlah ini menjadi kekuatan besar bagi bangsa dalam menciptakan inovasi dan transformasi sosial yang berkelanjutan.
"Mengaitkan pandangan Frederick E. Fiedler soal kepemimpinan adaptif yang harus menyesuaikan kondisi zaman, terutama dalam menghadapi disrupsi teknologi dan perubahan sosial," tuturnya.
Ning Lia turut menggarisbawahi urgensi pemberdayaan pemuda dalam memutus rantai kemiskinan kultural. Ia menekankan, kemiskinan bukan hanya soal ekonomi, melainkan keterbatasan akses pada pendidikan, informasi, dan kesempatan untuk berkembang yang dapat menghambat partisipasi politik maupun sosial.
Pada hari pertama webinar, Ketua STAI Taruna Surabaya Asist. Prof. Dr. H. Zuman Malaka, MH., M.Pd.I., M.Kn menegaskan pentingnya kontribusi umat Muslim Asia Tenggara dalam menjaga peradaban Islam di tingkat global.
Sementara itu, Asist. Prof. Muhammad Mahbubi Ali, Ph.D. dari Malaysia serta Abdul Meatam, M.IRKH., Ph.D. dari Thailand, membahas peluang kolaborasi pendidikan tinggi dan program pengabdian masyarakat lintas negara demi penguatan kualitas SDM Muslim Asia Tenggara di masa depan.
Webinar internasional ini juga dihadiri oleh moderator Dr. Sauli Anah, M.Pd.I. dan Ainur Rif’at, M.Pd., yang mengarahkan jalannya diskusi secara interaktif. Peserta memperoleh manfaat berupa sertifikat elektronik dan akses pada jejaring akademik internasional.
Dengan terselenggaranya kegiatan itu, STAI Taruna Surabaya menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat peran lembaga pendidikan Islam dalam pengembangan ilmu, kolaborasi global, dan pemberdayaan generasi muda sebagai pilar kemajuan bangsa dan umat.
Kegiatan ini menghadirkan para akademisi dan tokoh dari Indonesia, Malaysia, serta Thailand, sebagai upaya memperkuat kontribusi kawasan Asia Tenggara dalam perkembangan peradaban Islam dan peningkatan kerja sama global di bidang riset dan pengabdian masyarakat. (mdr/mar)













