MOJOKERKTO, BANGSAONLINE.com - Ternyata masyarakat semakin gampang terbius oleh gerakan aliran baru. Dua keluarga asal Desa/Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur diduga mengikuti aliran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Mereka bahkan rela pindah ke Kalimantan dan meninggalkan rumah yang selama ini dianggap sudah mapan.
Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (Kaur Kesra) Desa Puri Purnomo mengkonfirmasi terdapat 2 keluarga di desanya yang pindah ke Kalimantan. Yakni keluarga Mujiutomo (53) dan Supardi (48).
Baca Juga: Ini Kesibukan Eks Gafatar Sumenep Sekarang
Menurut dia, Mujiutomo merupakan guru di SMPN 1 Jetis Mojokerto yang berstatus PNS. Tanpa diduga, guru Bahasa Inggris yang juga menjabat Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Puri itu memilih pindah ke Kalimantan sejak November 2014. Dia rela melepaskan pekerjaannya yang sudah tergolong mapan. Rumahnya yang tergolong bagus pun dibiarkan kosong tak terawat.
Pria kelahiran Desa Puri itu juga mengajak anak, istri, menantu, serta cucunya ke Kalimantan. Istri Mujiutomo bernama Bahrul Izzah (53), anak pertama, Hikmatin Rizkiyah (27), menantu Fathul Khoir Ham (37), cucu Azelio Dasha Baswara El Fath usia 3 bulan, serta anak ke 3 Nuzila R Fajriyah (21). Sementara anak ke dua Walan Yudli'ani (25) diketahui tinggal dan bekerja di Pare, Kediri.
"Berdasarkan surat pindah, alamat yang dituju oleh keluarga Pak Muji adalah Desa Sejegi, Kecamatan Mempawah Timur, Pontianak, Kalimantan Barat. Saat mau pindah Pak Muji sempat bilang ke Pak Kepala Desa (Puri) tujuan pindahnya untuk mengikuti organisasi Gafatar," kata Purnomo kepada wartawan, Senin (11/1/2016).
Baca Juga: Lagi, 10 Eks Anggota Gafatar asal Bojonegoro Dipulangkan
Keterlibatan keluarga Mujiutomo dalam kelompok aliran Gafatar bukan hal baru bagi Purnomo. Hanya saja sehari-hari perilaku Mujiutomo dan keluarganya terlihat normal seperti masyarakat umumnya.
"Pak Mujiutomo ini membaur dengan masyarakat dan tidak membuat jarak. Orangnya pendiam. Kegiatan keagamaan aktif," ujarnya.
Selain keluarga Mujiutomo, lanjut Purnomo, keluarga Supardi juga dikabarkan pindah ke Kalimantan. Supardi mengajak serta istrinya Siti Uminah (47), 2 anak dan adik iparnya Sunardi. Hanya saja keluarga ini tak mengurus surat pindah ke Desa Puri.
Baca Juga: Tujuh eks Anggota Gafatar Asal Terate Gresik Pulang ke Rumah
"Yang Supardi penduduk sini namun tinggal di Surabaya. Saudaranya yang tinggal di sini cerita kalau Supardi bersama anak, istri, dan adik iparnya pergi ke Kalimantan. Setahu saya kedua keluarga ini ikut organisasi yang sama, yakni Gafatar," ungkap Purnomo.
Gerakan Gafatar kini menjadi perhatian publik bermula dari peristiwa hilangnya dr cantik Rica Tri Handayani dan anak balitanya, Zafran Alif Wicaksono. Mereka hilang secara misterius sejak 30 Desember 2015. Ia meninggalkan suaminya dengan menulis secarik kertas. Isinya: mau berjuang di jalan Allah.Namun dr Rica kemarin ditemukan di Bandara Iskandar Pangkalan Bun saat akan bertolak menuju Semarang, Senin (11/1) sekitar pukul 05.30. dr Rica diduga menghilang karena ikut gerakan Gafatar.
Sementara Kapolda DIY Brigjen Pol Erwin Triwanto mengatakan bahwa ormas Gafatar telah dilarang.
Baca Juga: Satu Keluarga Eks Gafatar di Nganjuk Ditolak Warga
"Sudah dilarang MUI, sudah jelas. Tapi doktrinnya apa belum jelas," ujar Erwin dalam jumpa pers di Polda DIY, Ring Road Utara, Sleman, Senin (11/1/2016).
Erwin belum bisa menjelaskan doktrin apa yang disampaikan para perekrut. Sebab para perekrut yakni Eko dan Veni masih bungkam. Jika ditanya, keduanya malah menyampaikan hal-hal di luar kasus ini.
"Kita koordinasi dengan Kesbanglinmas. Organisasi sudah dibubarkan MUI," urainya.
Baca Juga: Mantan Anggota Gafatar di Trenggalek Merasa Ditipu, ini Ceritanya
Lalu Gafatar itu organisasi apa? Di website Gafatar, organisasi ini disebut dideklarasikan di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada tahun 2012. Awalnya, organisasi berlambang sinar matahari berwarna oranye ini terdiri dari 14 DPD. Tidak ada update soal jumlah kepengurusan, namun di website lain disebutkan jumlah kepengurusan berkembang hingga 34 DPD.
Dasar pendirian organisasi adalah belum merdekanya Indonesia. Menurut mereka, Indonesia masih dijajah neokolonialis. Di sisi lain, para pejabat serakah dan kerap bertindak amoral. "Kenyataan ini membuat kami terpicu untuk berbuat," tulis Gafatar sebagaimana dikutip detikcom, Senin (11/1/2016).
Program kerja Gafatar di antaranya ketahanan dan kemandirian pangan. Mereka memajang dokumentasi kegiatan seperti perkemahan, pelatihan kebencanaan, pelatihan untuk remaja, dan lain-lain.
Baca Juga: Usai Bersyahadat, Eks Anggota Gafatar Malang Dipulangkan
Juga ada beberapa berita terkait Gafatar. Salah satunya soal pernyataan Ketum Gafatar Mahful Tumanurung. "Gafatar Bukan Organisasi Keagamaan," demikian judul postingan tertanggal 28 Februari 2015 itu. "Gafatar tidak akan berevolusi menjadi organisasi keagamaan dan politik," kata Mahful sambil mengimbau anggota agar tidak melacurkan diri dan menggadaikan organisasi untuk kepentingan sesaat.
Update terakhir webiste dilakukan pada 29 Mei 2015. Isinya soal kegiatan perkemahan angkatan III di Bogor.Detikcom sempat menghubungi beberapa pengurus daerah Gafatar. Hasilnya, nomor mereka tidak aktif. Sumber kepolisian dan TNI menyebut, organisasi tersebut memang kerap tidak terlacak.
Padahal, beredar kabar di media sosial, Gafatar kerap menggelar kegiatan. dr Rica misalnya, disebut-sebut ia menghilang selama 2 minggu dan pergi Mempawah atau Sanggau, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Diwarnai Tangis Haru, Anggota Eks Gafatar asal Jombang Akhirnya Pulang ke Rumah
Hingga saat ini, belum ada keterangan resmi dari Gafatar terkait isu-isu yang beredar. Sementara di sisi lain, usai menemukan dr Rica, Kapolda DIYmenyebutkan, ada kemungkinan dr Rica memang terlibat Gafatar.
"Kalau mendengar keterangan dari suaminya, sebelum menikah (Rica) memang aktif di Gafatar. Setelah menikah mandeg," ujar Brigjen Erwin Triwanto di Mapolda DIY, Jl Ring Road Utara, Sleman, Senin (11/1/2016).
Di media social banyak ulasan tentang Gafatar. Di antaranya di blog yang mengatasnamakan Semua Tentang Islam. Pemilik blog ini mengaku pernah menjadipengikut Gafatar, namun kemudian keluar karena dianggap sesat.
Baca Juga: Bupati Suyoto Minta Warga Tak Kucilkan Eks Anggota Gafatar
”GAFATAR Adalah Suatu Komunitas pengganti KOMAR (Komunitas Millah Abraham),yang sudah lama dibubarkan karena sesat oleh MUI Depok beberapa Tahun yang Lalu,” tulisnya.
”Saya adalah Mantan Pengikut GAFATAR DPP wilayah Provinsi Jawa Barat, waktu itu saya menjabat sebagai Sekretaris DPL 1 Wilayah Sumedang, padahal Rumah saya ada di Bandung.....,” tulisnya.
Menurut dia, doktrin mereka bahwa Islam adalah DIEN, bukan agama. ”Mereka gak shaum (puasa), malah mereka makan mie instan di depan mata saya. Mereka bilang bahwashaum itu tidak berguna. Mereka bilang bahwa ibadah-ibadah ritual kita,seperti salat, shaum, zakat, ibadah haji atau yang lain-lain itu tidak berguna bila 7 sistem mereka tersebut belum terlaksanakan di Indonesia,” tulisnya yang mengaku sudah lupa apa saja yang tujuh sistem itu.
”Mereka tidak mengakui Hadits sebagai pedoman mereka, alias mereka TIDAK percaya Hadits,…. Mereka tidak memakai bahasa Arab seperti Assalammualaikum.wr.wb, mereka ganti dengan Damai Sejahtera,” tulisnya. (ma)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News