JAKARTA(BangsaOnline)Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan jumlah kelas
menengah di Indonesia terbesar di ASEAN. Setiap tahun ada penambahan 8 juta
kelas menengah baru di Indonesia.
"Indonesia kini mempunyai kelas menengah yang terbesar di Asia Tenggara.
Menurut satu sumber, jumlah kelas menengah di Indonesia bertambah sekitar 8
juta orang per tahun," kata SBY saat menyampaikan Pidato Kenegaraan di
Gedung DPR/MPR/DPD, Senayan, Jakarta, Jumat (15/8/2014).
SBY mengatakan pemerintah punya tujuan ganda yaitu selain menurunkan angka
kemiskinan, juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Setidaknya pemerintah
sudah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin sebanyak 4,5 juta orang dalam
lima tahun.
"Pada abad 21 kemajuan Indonesia bukan diukur dari jumlah konglomerat tapi
dari kelas menengah," katanya.
Menurut SBY kelas menengah yang muncul bisa berasal dari kalangan buruh tani,
kaum miskin dan kelompok kelas bawah lainnya. Untuk itu, cara yang ditempuh
untuk mendorong kelas menengah yaitu dengan menganakemaskan program-program
yang terkait usaha kecil menengah.
"Revolusi besar yang akan kita saksikan di abad ke-21 adalah revolusi
transformatif dan kreatif yang akan dimotori oleh kelas menengah,"
katanya.
Sepanjang 10 tahun masa pemerintahannya, kata SBY, telah banyak meraih capaian ekonomi. Salah
satunya adalah, keberhasilan melunasi utang dari International Monetary Fund
(IMF).
Pada krisis moneter 1998 silam, Indonesia memang telah menjadi pasien dari IMF.
Seluruh kebijakan ekonomi pemerintah harus dengan persetujuan IMF pada saat
itu.
Namun pada 2006, Indonesia telah melunasi seluruh utang-utangnya ke IMF dan
menjadi negara yang bebas.
"Kita melunasi utang ke IMF, dan melunasinya 4 tahun lebih awal. Momen
yang selalu saya ingat sepanjang karir saya adalah saat menerima Managing
Director IMF (Christine Lagarde pada 2012) di kantor saya. Saat itu Indonesia
memberi masukan bagaimana mereformasi IMF. RI tidak lagi jadi pasien IMF, yang
perencanaan ekonominya harus disetujui IMF," tutur SBY.
Memang, Indonesia pada 2006 lebih cepat melunasi utang-utangnya ke IMF, yang
harusnya jatuh tempo pada 2010. Sisa pinjaman yang dibayar Indonesia ke IMF
saat itu adalah US$ 3,181 miliar.
Baca Juga: Akui Negara Bangkrut, Ini Contoh Negara-Negara Bangkrut di Dunia
Dalam pidatonya, SBY membanggakan sejumlah pencapaian
ekonomi selama pemerintahannya.
Indonesia, menurut SBY, mampu menjaga stabilitas makro ekonomi dengan relatif
baik. Ini bisa dicapai meskipun berbagai cobaan menerpa, seperti bencana alam
hingga krisis keuangan global pada 2008.
"Indonesia mampu mencetak pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi,
2009-2013 rata-rata 5,9%. Ini jauh lebih tinggi dari Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang pada kurun waktu yang sama," kata SBY, Jumat (15/8/2014).
Namun, SBY menyadari bahwa kini ekonomi Indonesia tengah melambat. Pada
semester I-2014, ekonomi Indonesia tumbuh sekitar 5,2%.
"Sungguh demikian, di antara negara-negara G20 kita menempati urutan
tertinggi setelah Tiongkok," sebut SBY.
Pencapaian Indonesia, tambahnya, juga patut diapresiasi mengingat sejumlah
negara berkembang juga mengalami perlambatan ekonomi, bahkan ada yang cukup
dalam.
SBY juga menyebutkan sejumlah prestasi seperti anggaran pembangunan yang lebih
dari Rp 1.800 triliun, cadangan devisa US 110,5 miliar, volume perdagangan 10
tahun terakhir mencapai US$ 400 miliar, dan investasi dalam 10 tahun terakhir
mencapai Rp 2.296,6 triliun. Untuk perdagangan dan investasi, merupakan yang
tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News