​Warung Mbah Cokro, Mangkalnya Penggila Diskusi Seni dan Sastra

​Warung Mbah Cokro, Mangkalnya Penggila Diskusi Seni dan Sastra Zurqoni, pengidola HOS Cokroaminoto. foto: Renny/ BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Bukan hanya warkop biasa, Mbah Cokro mengajak pelanggannya untuk berdiskusi bersama. Zurqoni, pemilik warung, mengungkapkan bahwa warung Mbah Cokro didirikan bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan. Terinspirasi dari HOS Cokroaminoto, ia berkeinginan membuat warungnya menjadi tempat berkumpul orang-orang yang nantinya bisa menjadi ‘sesuatu’ untuk Indonesia.

Bertempat di Jl Raya Prapen Surabaya, akses ke Warung Mbah Cokro juga sangat mudah karena berada di pinggir jalan besar. Warung didekorasi dengan gaya tempo dulu. Bahkan ornamen-ornamennya diisi dengan pernak-pernik yang memiliki nilai historis.

Warung yang bermodel angkringan ini berdinding anyaman bambu, sedangkan meja dan kursinya juga terbuat dari bambu. Bukan hanya bisa ngopi sambil duduk, pelanggan juga bisa bercengkrama sambil lesehan. Ada salah satu sisi warung terdapat sebuah panggung di mana pelanggan dapat memberikan pertunjukkan sukarela, baik membacakan puisi, bermain musik dan bahkan bermain teater.

“Yah mendekatkan imajinasi kita ke masa lalu. Aku ingin yang datang di sini punya imajinasi bahwa ini Indonesia,” jawab Zurqoni, ketika ditanya seputar dekorasi warung.

Kesan tradisional tidak hanya ditunjukkan melalui konsep desain warung, tetapi juga melalui pelayanan, fasilitas dan hidangan warung. Seperti tidak adanya wifi, televisi, dan hidangan buatan pabrik. Menu yang dihidangkan adalah buatan rumahan, seperti nasi kucing, goreng-gorengan dan sate usus.

“Kita nggak menyuguhkan makanan maupun minuman sasetan. Bahan-bahannya langsung beli di pasar tradisional dan merupakan buatan rumahan. Kecuali susu, soalnya di sini gak ada ternak sapi,” ucap Zurqoni sambil tersenyum

Tak hanya sebagai tempat ngopi, di warung Mbah Cokro sering ada event diskusi, pameran seni, nonton film bersama. Sementara di akhir pekan sering ada pertunjukkan seni oleh pengunjung. Warung Mbah Cokro buka pukul 10.00 pagi hingga 04.00 pagi, dan semakin malam semakin banyak pula pengunjung yang datang.

Tak hanya dari kalangan mahasiswa dan seniman, putra Gus Dur, Bung Ipul, dan beberapa orang penting lain juga ngopi di Mbah Cokro berbaur dengan semua pengunjung. Warung Mbah Cokro memang tidak Cuma diciptakan hanya menjadi warung kopi tetapi juga tempat berbagi aspirasi dan diskusi. “Warung itu tempat di dalam instrumen itu. Filosofinya seperti itu,” ucap Zurqoni. (*)

diskusi seni... ayuk... 

Sumber: *Reni Ambarsari

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO