MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Air sumur warga di Desa Berat Wetan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, Senin (12/11) berubah warna menjadi kecoklatan dan berbau. Kuat dugaan air sumur tersebut telah tercemar akibat dari penggunaan pupuk hayati cair yang biasa digunakan untuk menggemburkan tanah di lahan tebu secara berlebihan.
Seperti pantauan BANGSAONLINE.com di lapangan, air sumur yang berada di halaman depan rumah milik Firman warga setempat kondisinya mendadak berubah, yakni warnanya menjadi coklat, timbul bau seperti tetes dan sangat tidak layak komsumsi. Usai mengetahui perubahan air di sumur miliknya, ia pun langsung mengajukan laporan ke pihak PT. Enero yakni perusahaan yang dipercaya untuk mengelolah sisa bahan samping pengelolahan Bioetanol PT Energi Argo Nusantara Mojokerto.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Bongkar TPPU Narkoba Miliaran Rupiah
Sebanyak lima orang petugas pun diturunkan oleh pihak perusahaan untuk melakukan pemeriksaan di sumur yang terdampak sekaligus pengambilan sampel air.
“Kita sudah mengambil contoh air dari sumur yang dicurigai terjadi kontaminasi untuk kita lakukan uji labolatorium,” terang Dimas Anandito, Divisi Humas dari PT. Enero.
Mengenai hasilnya, kata Dimas, pihaknya meminta waktu selama satu minggu untuk mengetahui kandungan yang terdapat dalam air sumur tersebut.
Baca Juga: Polres Mojokerto Kota Ringkus Terduga Pelaku TPPO
Sedangkan untuk menyikapi keluhan warga ini, pihaknya berjanji akan memastikan aplikasi penggunaan pupuk hayati cair tidak ada penyimpangan dan meminimalisir kejadian resapan seperti yang terjadi di sumur milik warga tersebut.
Seperti diinformasikan, jika bahan baku dari produksi pupuk hayati cair ini diketahui berasal dari sisa bahan samping dari proses pembuatan bioetanol yang dinamakan sinasel. Untuk aplikasi di lapangan pihak perusahaan menunjuk pihak tranpoter untuk melakukan pengocoran di lahan milik warga.
Mengenai jumlah komposisinya sangat menajubkan yakni sebanyak 35 ribu liter per hektar pupuk hayati cair yang harus di pakai dalam setiap awal tanam. Sedangkan untuk kapasitas yang di hasilkan oleh perusahaan ini pihak pengelolah mengaku mampu memproduksi sebanyak 1 juta liter per hari. Jumlah inilah yang menjadi kekhawatiran warga dapat menjadikan sumur mereka tercemar dan tidak dapat dikosumsi.
Baca Juga: Petakan Potensi Desa, Mendes Yandri: Harus Jadi Supplier Bahan Baku Makan Bergizi Gratis
Di wilayah Desa Berat Wetan sendiri sudah lama masyarakat telah menolak penggunaan pupuk hayati cair ini karena dapat mempengaruhi kwalitas air permukaan. Terkait adanya kejadian pecemaran ini warga menduga adanya tindakan penyimpangan pengiriman dan kurangnya pengawasan dari pihak PT Enero. (sof/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News