JAKARTA(BangsaOnline) Pemerintahan Jokowi-JK akan menjadikan batubara sebagai andalan
utama yang diolah sebagai salah satu sumber energi primer murah, dalam
rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik.
"Kita tidak
ingin mengulangi kesalahan masa lalu sebagai pengekspor minyak, namun
sekarang sebagai net importer. Maka ekspor batubara akan dikurangi dan
domestic market obligation akan diperbesar," kata Deputi Tim Transisi
Jokowi-JK, Hasto Kristiyanto, di Jakarta, Selasa (23/9).
PLTU
batubara dibangun untuk memanfaatkan batubara kalori rendah sehingga
menggerakkan perekonomian daerah dan pemerataan pembangunan.
Hasto
mengatakan banyak pakar yang datang dan menyampaikan gagasan-gagasan
mereka ke Pokja Energi untuk mendukung program Pemerintahan Jokowi-JK.
"Tim
Transisi mengapresiasi berbagai masukan itu dan kita memang
memerlukannya. Masukan para pakar itu niat ikut untuk membangun negeri,"
kata Hasto.
Berdasarkan diskusi dengan pakar dan hasil kajian
Pokja Energi, kata Hasto, disadari bahwa ada masalah serius terhadap
ancaman krisis listrik dalam lima tahun mendatang, yang diakibatkan
cadangan kapasitas kritis yaitu berkisar hanya 14-26 persen. Angka itu
di bawah dari cadangan aman minimal sebesar 30 persen.
Sementara
di dalam mendukung pertumbuhan ekonomi 7 persen yang dicanangkan
Pemerintahan Jokowi-JK, diperlukan tambahan pasokan listrik 34.000 MW
sampai tahun 2019. Diperkirakan kebutuhan investasi untuk itu sekitar
USD87 miliar.
Dalam konteks itu, kata Hasto, peran IPP swasta
akan dimaksimalkan. Namun tetap dituntut untuk menjamin keandalan
pasokan yang sekarang masih rendah yaitu 50-60 persen. Penerapan
performance base regulatory di sektor kelistrikan menjadi parameter
kunci perbaikan.
Dari temuan Pokja Energi, lanjutnya, akar
masalah krisis listrik saat ini ada beberapa hal. Yakni adanya
keterlambatan pembangunan pembangkit dan transmisi dalam lima tahun
terakhir, permasalahan tarif pembangkit listrik geothermal, persoalan
pembebasan lahan, hak guna lahan kehutanan dan jalur transmisi, serta
kemampuan keuangan PLN lemah.
"Ratusan izin prinsip pembangkit
mikrohidro berhenti. Rasio elektrifikasi saat ini masih berkisar 80
persen tidak mampu menyokong pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Ke
depan, pemanfaatan ketersediaan aneka energi lokal akan
dioptimalisasikan. Hal itu penting karena ketersediaan listrik merupakan
syarat mutlak kemajuan daerah.
Dari sisi restrukturisasi PLN,
akan mengarah pada otonomisasi organisasi PLN di wilayah dalam rangka
efisiensi organisasi. Persoalan listrik yang asimetris antarwilayah di
Indonesia tidak harus diputuskan terpusat di kantor Pusat PLN di
Trunojoyo.
"Keterlibatan Pemerintah Daerah dalam mengatasi krisis
listrik harus dioptimalkan sebagai bentuk tanggungjawab pemerintahan
bersama," ujarnya.
Di sisi lain, Pokja Energi mendorong agar
industri padat energi harus menempati kawasan industri di daerah lumbung
energi. Seperti di Sumatra Selatan, Bengkulu, dan Kalimantan. Mereka
akan didorong sekali untuk pengembangan aneka energi terbarukan.
"Diberi
kesempatan seluas-luasnya bagi investor melalui kerjasama pemerintah
swasta atau swasta murni. Industri dalam negeri terkait itu harus
didorong dan dimaksimalkan melalui kerjasama tiga pilar, Pemerintah,
Industri dan para periset," jelasnya.
Gerakan penghematan energi,
audit energi, standardisasi teknis dan kompetensi, skema reward and
punishment pemanfaatan energi dan konservasi pada umumnya akan lebih
diseriusi guna menurunkan elastisitas energi nasional. Payung hukum yang
mengatur hal itu segera akan dibuatkan. [rok]
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News