​Anmol Rodrigous, Korban Wajah Disiram Air Keras yang Jadi Inspirasi

​Anmol Rodrigous, Korban Wajah Disiram Air Keras yang Jadi Inspirasi Tetap percaya diri. foto: metro.cp.uk

BANGSAONLINE.com - Seorang wanita yang disiram ketika dia baru berusia dua bulan, sekarang mengelola yayasan. Dialah Anmol Rodrigous, meringkuk di pangkuan ibunya ketika ayahnya menuangkan sekaleng asam, yang akhirnya membunuh ibunya, dan melukai Anmol Rodrigous yang masih berusia 2 bulan.

Bapaknya melakukan hal itu, karena sang ibu melahirkan bayi perempuan. Sedangkan sang bapak menginginkan bayi laki-laki.

Namun 23 tahun kemudian, Anmol berhasil mengatasi rasa sakit fisik dan emosional. Bahkan dia kini juga menjadi inspirasi bagi banyak wanita seperti dia. Anmol, yang berarti tak ternilai dalam bahasa Hindi, mengaku sebagai gadis paling bahagia di dunia.

Dia dengan bangga tinggal sendirian di Mumbai di India Barat. Dia menjalankan yayasan yang mengatur operasi rekonstruksi wajah akibat siraman . Dia mengelola LSM Acid Survivor Sahas Foundation, di mana dia telah membantu 20 wanita untuk mendapatkan pekerjaan, bahkan mengatur pernikahan mewah untuk seorang korban.

Anmol mengatakan: “Saya mencintai hidupku apa adanya. Tidak sekalipun saya merasa berbeda, meskipun saya hanya bisa melihat dengan satu mata dan kulit keriput bekas terbakar. Saya dengan senang hati menerima diri saya apa adanya, dan memberi harapan serta kepercayaan diri untuk terus bergerak dalam kehidupan. Seluruh hidup saya dihabiskan di panti asuhan di Mumbai. Saya diberi tahu bahwa saya baru berusia dua bulan, ketika ayah saya menyerang ibu dan saya dengan .”

"Sementara ibu saya meninggal karena luka bakar, saya menjalani perawatan selama lima tahun di rumah sakit. Para dokter dan perawat menggratiskan seluruh biaya pengobatan. Ketika saya sudah sedikit membaik di usia 5 tahun, dokter menyerahkan saya ke Shree Manav Seva Sangh di mana saya dibesarkan dengan cinta dan kasih sayang."

Anmol mengakui bahwa tumbuh dengan wajah terbakar tidak mudah.
"Saya terlalu muda dan tidak pernah mengerti mengapa saya terlihat berbeda dari orang lain di rumah sakit. Tetapi ketika saya datang di panti asuhan, saya menyadari anak-anak berbeda dari saya. Tidak ada yang membenci. Awalnya mereka takut pada wajah saya. Namun, secara bertahap, seiring bertambahnya usia, saya punya teman banyak. Tapi di luar panti asuhan itu selalu sulit.”

“Di perguruan tinggi saya unggul dalam studi, tetapi tidak punya teman. Saya penyendiri. Makan siang sendiri, dan tak ada yang mengajak bicara. Gadis-gadis merasa aneh ketika melihat saya menyukai fashion dan selalu mengenakan pakaian trendi. Beberapa orang terus menatap saya sementara yang lain ingin tahu apa yang terjadi pada wajah saya.”

Sumber: metro.co.uk

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO