ACEH(BangsaOnline) Sekolah Menengah Umum (SMU) 1 Banda Aceh
menolak buku pelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk kelas 11, karena
dalam buku tersebut terdapat beberapa halaman yang mengajarkan remaja
berpacaran yang baik dan benar.
Kepala SMU 1 Banda Aceh, Khairurrazi mengatakan, dalam buku tersebut dijelaskan
seakan-akan berpacaran untuk anak sekolah dibenarkan. Bahkan dituliskan dalam
buku tersebut tata cara berpacaran yang baik. Namun dia mengaku buku yang baru
sampai seminggu lalu belum sempat dibagikan pada murid kelas 11.
"Jadi pada halaman 129 itu dituliskan gaya berpacaran yang sehat,
seolah-olah dibenarkan untuk berpacaran kalau demikian, padahal kita tau dalam agama
saja tidak dikenal dengan pacaran," kata Kepala SMU 1 Banda Aceh,
Khairurrazi, Sabtu (11/10) di Banda Aceh.
Materi buku pelajaran di sekolah memang sering memprihatinkan dan keterlaluan. Tampaknya ada oknum tim penulis buku pelajaran di sekolah punya agenda kepentingan yang secara moral tak bisa dibernarkan. Sebelumnya, beredar buku pelajaran untuk siswa Tsanariyah yang mendiskreditkan warga NU. Dalam buku itu disebutkan bahwa makam wali dianggap sebagai berhala. Juga sempat muncul buku pelajaran sekolah yang mendiskreditkan Presiden ke-4 KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Dan masih banyak yang lain.
Baca Juga: Dewan Pers Prihatin Upaya Halangi Wartawan saat Pengambilan Gambar Ketua KPK di Aceh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tampaknya tak begitu peduli pada materi buku di sekolah. Buktinya, materi-materi buku itu diserahkan kepada pihak ketiga begitu saja, tanpa ditangani secara serius.
Khairurrazi bersama dewan guru di
sekolah dan juga guru pelajaran Jasmani Olahraga dan Kesehatan mengambil
kesimpulan untuk menunda pembagian buku tersebut dan rencana akan mengembalikan
buku yang dibeli dari anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Apa lagi, katanya, sudah disetujui oleh Dinas Pendidikan Pemerintah Kota Banda
Aceh, dimana Dinas Pendidikan meminta semua buku tersebut untuk dikembalikan
karena dianggap tidak layak untuk anak didik di Aceh.
Pada halaman 129 jelas tertulis dan diajarkan bagaimana tata cara berpacaran
yang baik. Sedikitnya ada 4 poin dituliskan gaya berpacaran yang benar dan
baik.
Di antaranya berpacaran yang baik itu disebutkan sehat fisik dan juga tidak ada
kekerasan. Lalu selanjutnya dituliskan sehat emosional yang dimaksudkan
keduanya saling pengertian dan keterbukaan. Kemudian sehat sosial yang
dimaksudkan secara gamblang dituliskan bahwa tidak baik berpacaran seharian
penuh bersama dengan pacar.
Hal yang mengagetkan Khairurrazi dalam buku tersebut juga diajarkan gaya
pacaran sehat terdapat dalam poin 4 dituliskan dalam berpacaran tidak melakukan
hal-hal yang beresiko, apa lagi melakukan hubungan seks.
"Jelas ini seakan-akan selain berhubungan seks dibolehkan, seperti
pegang-pegang dan lain-lain, padahal itu juga tidak dibenarkan. Tentunya ini
nanti akan salah tafsir," jelasnya.
Kata Khairurrazi, lolosnya buku-buku yang demikian itu tidak terlepas setiap
buku yang diterbitkan tidak dilakukan uji publik. Sehingga buku yang beredar
itu tidak sesuai dengan kearifan lokal di daerah masing-masing.
"Ini karena tidak dilakukan uji publik, kalau orang luar Aceh bilang ini
boleh, tentu berbeda kita di Aceh," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News