MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, Prof. Dr. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag menyambut positif akan diberlakukannya new normal.
“Iya. Kalau tidak, kapan kita akan melakukan komunikasi dan seterusnya. Kehidupan itu intinya kan pada komunikasi. Kalau tidak ada komunikasi, kan tidak ada kehidupan. Ada yang memprediksikan, kalau ingin menunggu hilang (corona) 100 persen, menunggu 15 tahun. Itu prediksi seorang ahli,” kata Kiai Asep Saifuddin Chalim kepada BANGSAONLINE.com, Jumat (29/5/2020).
BACA JUGA:
- Ngajar 17 Tahun, Guru ini tak Pernah Doakan Muridnya, Beda dengan Kiai Asep dan Syaikh Qadhi 'Iyadh
- Suara Putra Kiai Miliarder Tapi Dermawan Ini Kalahkan Konglomerat Besar Bos Lion Air
- Buka Konferensi ICORCS 2023, Gubernur Khofifah Sampaikan Pesan KH Hasyim Asy'ari Terkait Palestina
- Antisipasi Lonjakan Covid-19, Kepala Dinkes Jember Imbau Lansia Tidak Keluar Kota
Hanya saja, tegas Kiai Asep, new normal atau tata kehidupan baru itu harus disertai kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Antara lain, pakai masker, jaga jarak, dan sering cuci tangan.
“Kemudian bentengi diri dengan imunitas, dan juga dengan imanitas,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu.
Apa itu imanitas? “Baca lalailahaillallah dan banyak baca lahaula wala quwwata illa billah,” kata Kiai Asep. Menurut dia, dua bacaan itulah yang tercantum dalam Hadits yang bisa menolak dan mendorong keluarnya malapetaka, bahaya, dan penyakit.
Lalu bagaimana dengan Jawa Timur. Apa perlu juga segera memberlakukan new normal? Kiai Asep sepakat, tapi dengan syarat sudah tidak ada kenaikan penyebaran Covid-19.