​Pesantren Vakum Dua Bulan Kerugian Moral, Para Kiai Sepakat Santri Kembali ke Pondok

​Pesantren Vakum Dua Bulan Kerugian Moral, Para Kiai Sepakat Santri Kembali ke Pondok ILUSTRASI. Para santri Pesantren Tebuireng mengaji kitab kuning. foto: BANGSAONLINE.COM

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Salah satu keunggulan Pondok (PP) adalah penempaan dan pembentukan karakter, kepribadian, dan akhlak sehingga terjadi kombinasi kekuatan otak dan watak. Maka merespons kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan new normal, puluhan kiai pengasuh pondok pesantren sepakat para santri yang selama dua bulan ini pulang ke rumah masing-masing karena covid-19, dikembalikan ke pondok pesantren agar bisa mengikuti pelajaran sebagaimana mestinya.

Hanya saja problem utama adalah kedisiplinan para santri terhadap protokol kesehatan, seperti jaga jarak, disamping penyediaan sarana kesehatan seperti rapid test, alat pelindung diri (APD) dan sejenisnya. Karena itu para kiai berharap pemerintah peduli dan membantu terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut.

Demikian salah satu pemikiran yang mengemuka dalam acara silaturahim virtual bertajuk: Silaturahim dan Persiapan dalam Menghadapi Era New Normal, Sabtu (30/5/2020).

Acara virtual yang dipandu Prof. Dr. Mas’ud Said, ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur, itu sangat hidup, meski secara fisik jarak para kiai berjauhan yakni dari pesantren masing-masing.

“Masyaallah. Di forum itu rasanya hati merasa sangat bahagia karena juga pembahasannya sangat detail, mantab dan produktif,” kesan Prof Mas’ud Said yang juga Direktur Pascasarjana Unisma, kepada BANGSAONLINE.com usai acara.

Para kiai itu, antara lain: KH Afifuddin Muhajir, KHR A Azaim Ibrahimy (PP Salafiyah Syafiiyah Situbondo), KH M Nafi (Ponpes Al Hikam Malang), Dr Maftuchin ( Rektor IAIN Tulungagung), Dr KH A Fachrur Rozy (Ponpes An Nur 1 Bululawang Malang), KH Abdul Hakim (Gus Kikin) Jombang). KH A Hisyam Syafaat (PP Darussalam Blok Agung Banyuwangi), Prof Dr KH A Halim Soebahar (MUI Jatim, Ulama Cendikiawan Jember).

Kemudian, KH Muchlish Muchsin (PP Al Anwar Bangkalan), Nyai Hj Mahfudhoh Ali Ubaid (PP Tambak Beras Jombang), KH Mutham Muchtar (PP An Nuqayyah Sumenep), KH Yazid Karimullah (PP Nurul Qarnain, Jember), Prof. Dr. M. Mas'ud Said (Direktur Pascasarjana Unisma Malang), Prof Dr. Fathoni (IAIN Tulungagung), M Mas'ud Adnan (Komisaris Utama HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com), KH A Wahid Badrus (pengurus NU Nganjuk).

Serta, KH. Husnul Chuluq (mantan ketua PCNU Gresik), KH Ramadhon Sukardi (Ponpes dan Yayasan Sosial Al Huda Kediri), H A Rifai (ISNU/Rumah Sakit Tulungagung), KH Muflich Rifai (Ponpes Ar Rifai 2), dan Gus H Achmad Barra (PP Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto).

Menurut Prof Halim Soebahar, pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang memiliki tipikal khusus, terutama dalam membentuk karakter para santri. Bahkan pesantren - tegas direktur pascasarjana IAIN Jember itu - adalah lembaga pendidikan yang mampu memadukan otak dan watak. Karena itu, pesantren harus segera aktif kembali.

Senada dengan Prof. Halim, KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) juga menilai bahwa pesantren adalah lembaga pendidikan akhlak. Gus Kikin menilai, pesantren vakum selama dua bulan, adalah kerugian secara moral. Karena itu, pengasuh Jombang ini berpendapat bahwa ajar mengajar pesantren harus segera aktif kembali.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO