MOJOKERTO (BangsaOnline) - Pembangunan Kampung Majapahit di Trowulan, Mojokerto akhirnya terealisasi. Sebanyak 137 rumah di tiga desa kawasan cagar budaya nasional ini sedang dipugar menjadi rumah khas jaman kerajaan Majapahit. Anggaran yang digelontorkan dari APBD Pemkab Mojokerto dan Pemprov Jatim tahun 2014 mencapai Rp 7,4 miliar. Pembangunan Kampung Majapahit salah satunya berlangsung di Desa Bejijong.
Menurut Ketua Tim Pengelola Kegiatan (TPK) pembangunan Kampung Majapahit Desa Bejijong, Samsul Arifin, di kampung yang terkenal dengan sentra pengrajin patung cor kuningan ini terdapat 94 rumah yang terasnya bakal dipugar menjadi rumah Majapahit. Puluhan rumah itu terletak di sepanjang jalan utama desa yang menghubungkan By Pass Mojokerto dengan Candi Brahu. Jalan ini menjadi akses ke beberapa ojek wisata sejarah lainnya. Seperti Makam Siti Inggil, Maha Vihara Majapahit dan Candi Gentong.
Baca Juga: Dibangun untuk Pesona Wisata, Rumah Khas Majapahit malah Jadi Warung
"Jadi Kampung Majapahit ini sebagai fasilitas penunjang adanya beberapa situs purbakala yang kini menjadi destinasi wisata di Desa Bejijong. Saat selesai dibangun nanti, wisatawan bisa menginap maupun singgah di rumah-rumah Majapahit ini," jelas Arifin, Rabu (14/1).
Arifin menuturkan, pembangunan rumah majapahit ini dikerjakan secara swakelola oleh desa melalui TPK masing-masing. Untuk membangun 94 rumah Majapahit, pihaknya mengaku telah menerima kucuran dana dari pemerintah senilai Rp 4,982 miliar.
Plafon anggaran setiap rumah Majapahit bervariasi menyesuaikan dengan ukurannya. Di Desa Bejijong rumah ini dibangun dengan ukuran antara 3 x 3,5 - 3 x 6,2 meter. Rata-rata setiap rumah dijatah Rp 50 juta. Sejak mulai dibangun November lalu, baru 1 rumah yang selesai dipugar.
"Pembangunan 94 rumah ini ditargetkan selesai akhir tahun 2015. Proses pengerjaannya membutuhkan waktu lama karena harus benar-benar sesuai desain yang ditetapkan bersama dengan pemerintah. Setidaknya setiap rumah butuh waktu pengerjaan 1 bulan lebih," paparnya.
Rumah Majapahit ini dibangun menggantikan teras rumah warga agar terlihat seragam dan menyerupai perkampungan pada zaman Majapahit. Desainnya rumah tergolong unik. Temboknya tersusun dari bata merah sehingga terlihat natural. Pondasi rumah tersusun dari batu dibuat tinggi hampir 1 meter. Desain bangunan ini melebar dengan dua daun pintu kembar, serta dua buah jendela pada sisi kiri dan kanan bangunan.
Kepala Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata (Diporabudpar) Kabupaten Mojokerto, Didik Chusnul Yakin menjelaskan, selain di Desa Bejijong, puluhan rumah majapahit juga dibangun di Desa Jatipasar dan Sentonorejo.
"Di Desa Sentonorejo 21 rumah, dan di Desa Jatipasar 22 rumah, keseluruhan 137 rumah. Anggaran totalnya Rp 7,38 miliar kita bagi untuk Desa Bejijong Rp 5 miliar, Jatipasar Rp 1,15 miliar dan Sentonorejo Rp 1,25 miliar," paparnya.
Didik menambahkan, pembangunan kampung majapahit ini secara swakelola desa. Di setiap desa dibentuk 3 tim, yakni TPK, konsultan penrencanaan dan konsultan pengawas. Tim ini menangani secara penuh proses pembangunan, termasuk pengelolaan dananya. Sementara terkait sumber dana, lanjut Didik dari APBD Pemprov Jatim dan Pemkab Mojokerto tahun 2014.
"Dari provinsi Rp 5,9 miliar, dari pemkab Rp 1,48 miliar. Dana tersebut dari kas daerah langsung ditransfer ke kas desa," imbuhnya.
Pembangunan berlangsung sejak akhir November 2014. Sampai akhir tahun lalu, baru menyelesaikan 8 rumah.
"Hingga akhir tahun lalu 8 rumah sudah selesai dibangun. Antara lain 1 rumah masing-masing di Desa Bejijong dan Jatipasar, sedangkan 6 rumah lainnya di Desa Sentonorejo. Pembangunan menyisakan 129 rumah di tahun 2015 ini," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News