NU di Panggung Internasional, Khariri Makmun Ungkap Arah PBNU saat Dipimpin Kiai Hasyim Muzadi

NU di Panggung Internasional, Khariri Makmun Ungkap Arah PBNU saat Dipimpin Kiai Hasyim Muzadi Khariri Makmun. foto: ist/ bangsaonline.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Wakil Direktur Eksekutif International Conference of Islamic Scholars (ICIS), Khariri Makmun, menilai kapabilitas Nahdlatul Ulama () sangat mumpuni untuk aktif memainkan peran di panggung internasional.

Menurut Khariri, sebagai organisasi Islam terbesar di dunia berhaluan Ahlus Sunnah Waljamaah (Aswaja), seharusnya aktif memainkan perannya dengan cara mencari solusi dari isu-isu dunia islam yang berpotensi menjadi persoalan global.

Baca Juga: Hadiri Muslimat NU Bersholawat Bersama Habib Syech, Khofifah: Jamaah yang Konsisten Mendoakan Bangsa

“Peran dalam geopolitik global sangat penting dan dibutuhkan untuk memediasi konflik di sejumlah negara, maupun untuk memperkuat hubungan bilateral dan multilateral Indonesia di tingkat . Karenanya, dibutuhkan lebih banyak diplomat dari kader ,” kata Khariri Makmun pada webinar nasional ke-8 dengan tema Refleksi Diplomasi Kiai Hasyim Muzadi yang diselenggarakan Institut Hasyim Muzadi (IHM), Sabtu (19/9/2020) malam.

Dalam webinar itu sejumlah narasumber hadir. Antara lain Dr. Nur Hasan Wirajuda (Menlu RI 2001-2009), Yusron Ambari (Direktur Diplomasi Publik Kemlu), Chozin Khumaidi (Dubes RI di Lebanon periode 2016-2019) dan Khariri Makmun (Wakil Direktur Eksekutif ICIS/penulis buku dan Diplomasi Global).

Menurut Khariri, terkait hubungan internasional yang harus dikembangkan oleh , setidaknya ada 4 empat ghirah (sentimen) agama yang begitu mudah beresonansi menjadi kekuatan yang menyebar ke segala penjuru bumi dengan besaran yang tak terkirakan.

Baca Juga: Kick Off Hari Santri Nasional di Pamekasan, Khofifah Beberkan Peran NU untuk Kemerdekaan Indonesia

Mengutip karya Jonathan Fox, The Multiple Impacts of Religion on International Relations: Perceptions and Reality, Khariri menyebut pengaruh agama yang meliputi empat hal. Pertama, sumber legitimasi bagi Negara. Kedua, pengaruh kuat nilai dan wawasan agama. Ketiga, internasionalisasi konflik agama, dan keempat, fenomena menyebarnya kasus agama sebagai isu transnasional.

Khariri mengungkap arah PB saat dipimpin KH Hasyim Muzadi. Menurut dia, saat menjadi Ketua Umum PB periode 1999-2005, Kiai Hasyim Muzadi tidak ingin hanya menjadi pemain lokal yang berwawasan dan berpikir domestik. Kiai Hasyim Muzadi melihat bahwa kapabilitas sangat mumpuni untuk terlibat dalam wacana-wacana global dan membantu menangani persoalan-persoalan dunia internasional. Karena itu Kiai Hasyim Muzadi selalu membangun jaringan inernasional dengan isu-isu Islam rahmatan lil-alamin.

Dalam pandangan Kiai Hasyim Muzadi, kata Hariri, saat ini telah terjadi perubahan tren global dan regional. Rivalitas hegemoni atau kepemimpinan global sedang terjadi antara Amerika dengan Tiongkok.

Baca Juga: Khofifah Ajak Nahdliyin Implementasikan Qanun Asasi NU saat Harlah Muslimat ke-78 di Kota Batu

“Indonesia, dengan jalur sutra yang diapit oleh berbagai negara satelit dari Amerika dan Tiongkok, mau tidak-mau harus memperkuat diri,” kata Hariri.

Sementara geopolitik di Asia Timur dan Asia Tenggara, dalam konteks ekonomi, budaya maupun pertahanan dan keamanan, masih rentan konflik dan menjadi rebutan negara besar di luar kawasan.

Khariri menekankan bahwa dalam konteks perubahan dinamika regional dan global, Islam rahmatan lil alamin, karakter ideologi keagamaan sangat dibutuhkan dalam memperkuat hubungan internasional Indonesia. Karena itu harus mempertahankan sikap moderat, terbuka, guyub, bersatu, dan mampu mengakomodasi berbagai tradisi lokal sebagai jalan diplomasi. (tim)

Baca Juga: Di Haul ke-34 Syaikhuna KH Anwar Nur, Khofifah Berbagi Cerita soal Jatim Berkah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Gila NU dan Orang NU Gila, Anekdot Gus Dur Edisi Ramadan (16)':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO