KEDIRI, BANGSAONLINE.com - Budi Santoso, 50, pemilik taman baca Kampoeng Jadhoel Art, di Dusun Dadapan, Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, adalah sosok yang sangat peduli anak-anak. Dia merelakan rumahnya untuk dijadikan taman baca dan taman bermain bagi anak-anak di lingkungannya.
Budi menceritakan awal mula berdirinya Taman Baca Kampoeng Jadhoel Art, karena memang keinginannya sejak kecil. Budi mengaku sejak dulu, setiap hari dirinya lari ke perpustakaan atau ke taman baca. Waktu istirahat sekolah pun ia habiskan untuk membaca.
BACA JUGA:
- Kota Kediri Raih Sertifikat Adipura, Zanariah Apresiasi Kolaborasi Jaga Kebersihan Lingkungan
- Disiplinkan Pedagang agar Rutin Tera Ulang, Disperdagin Kota Kediri Gelar Pendataan UTTP Toko
- Bupati Kediri Sampaikan Duka Mendalam atas Tewasnya Santri dari Banyuwangi
- Kasus Meninggalnya Pelajar Putri di Rumah Kos Kediri Masih Dalam Penyelidikan Polisi
"Tapi untuk menyewa buku, saya tidak bisa karena tidak punya uang. Karena tiap hari baca buku di taman baca, yang punya tahu, jadi saya diminta bantu-bantu menata buku di sana. Dari dulu memang hobi baca, jadi kalau punya gubuk pengennya ada taman baca. Akhirnya kesampaian di tahun 2013 saya punya taman baca sendiri," ujar Budi usai menerima kunjungan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar, Kamis (24/9).
Di tahun 2013, Taman Baca Kampoeng Jadhoel Art mulanya hanya tersedia 30 sampai 40 macam buku. Namun saat ini koleksi buku semakin banyak dan ada kurang lebih 400 macam buku, yang terdiri dari buku anak-anak hingga buku politik. Taman Baca milik Budi ini sering dikunjungi oleh anak-anak sekitar maupun di luar lingkungan Dadapan untuk sekadar membaca buku.
"Pada masa pandemi ini, taman baca juga menyediakan wifi gratis sehingga anak-anak bisa bersekolah daring. Selain itu anak-anak juga diajarkan cara menanam tanaman, membuat batik, membuat kompos, serta diajak membuat dan memainkan permainan tradisional," terang Budi.
Budi Santoso menambahkan bahwa dirinya juga mengajarkan membuat dan memainkan permainan tradisional karena permainan tradisional lebih bagus, agar anak-anak tidak ketergantungan dengan gawai. Di tengah pandemi seperti ini taman baca tetap buka dan setiap yang berkunjung harus mematuhi protokol kesehatan.